Header Ads

Menelusuri Perang Saudara Melalui Lensa Jurnalis dalam Film Civil War

 

Gambar : Cailee Spaeny yang berperan sebagai Jessie

Sumber : IMDb.com

 

Sinopsis: Sebuah perjalanan melintasi Amerika di masa depan yang distopia, mengikuti tim jurnalis militer yang berlomba dengan waktu untuk mencapai Washington DC sebelum faksi pemberontak menyerbu Gedung Putih.

Review:
Civil War merupakan film distopia Amerika Serikat yang menawarkan pendekatan baru dengan mengeksplorasi sudut pandang jurnalis dalam latar perang saudara. Film ini disutradarai dan ditulis oleh Alex Garland, yang sebelumnya sukses dengan karya-karya seperti Ex Machina dan Annihilation.

Menariknya, fokus utama Civil War bukan pada perang itu sendiri, melainkan pada ketegangan yang dihadapi jurnalis di medan perang. Bahkan trailer-nya sendiri tidak memberikan gambaran jelas tentang isi film ini. Penonton yang datang tanpa ekspektasi apapun akan terkejut dengan pendekatan naratif dan teknik produksi yang inovatif, jauh dari standar film aksi perang konvensional.

Cerita dalam film ini cukup memuat banyak ambiguitas, konflik perang saudara hanya dijelaskan secara singkat melalui dialog dan cuplikan berita, tanpa mendalami latar belakang penyebab perang. Hal ini membuat penonton sulit menentukan pihak mana yang “benar atau salah”, karena kedua faksi tidak digambarkan dengan cukup mendalam. Meskipun demikian, narasi yang diangkat tetap memukau meskipun masih terdapat beberapa peluang yang terlewatkan untuk memperkaya cerita.

Dari aspek produksi, film ini dieksekusi dengan brilian. Nuansa gelap, sudut pandang jurnalisme, dan horor perang disajikan secara efektif, menghasilkan karya yang mendalam. Para aktor seperti Kirsten Dunst, Wagner Moura, dan Cailee Spaeny memberikan penampilan yang luar biasa. Mereka mampu menyampaikan kompleksitas emosi seperti ketakutan, kesetiaan, dan keputusasaan yang terasa sangat nyata.

Jika dilihat sebagai film perang, Civil War mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi sebagian penonton. Namun, sebagai film yang menggambarkan pengalaman jurnalis perang, ini adalah karya yang luar biasa. Film ini penuh dengan dinamika dan aksi yang mengejutkan, menawarkan penghormatan bagi profesi jurnalis dan fotografer dalam kondisi perang.

Arahan Alex Garland sangat menonjol dengan gaya visual yang “disturbing”, memanfaatkan kontras kebisingan yang memekakkan telinga dengan keheningan yang mencekam. Desain suara dalam film ini begitu kuat, memastikan setiap peluru yang ditembakkan terasa nyata dan mengguncang. Hal ini menjadi alasan mengapa film ini lebih cocok ditayangkan di bioskop dengan teknologi Dolby, yang mampu menghadirkan pengalaman audio maksimal.

Selain desain suara, sinematografi juga menjadi elemen yang menonjol. Visual yang dihasilkan mampu menggambarkan suasana dengan sangat baik, didukung oleh penggunaan teknik sinematik yang canggih. Soundtrack yang dipilih secara cermat juga semakin memperkuat narasi dan emosi di setiap adegan. Sebagai film dari A24, Civil War sangat menunjukan kualitas produksi tingkat tinggi melalui ketajaman visual maupun audio.

Kesimpulannya, Civil War berhasil melampaui ekspektasi penonton karena kualitas produksinya yang luar biasa. Dengan premis yang menarik, kombinasi desain suara yang mendalam, sinematografi yang memukau, serta akting para pemerannya yang memikat, film ini layak mendapatkan apresiasi. Meski ada beberapa peluang yang terlewatkan, Civil War tetap menjadi salah satu film yang patut dicoba dalam genre ini.

“I’ve never felt more scared and more alive at the same time.” – Jessie

 

Penulis : Erron Dwi Putra Katuwu

Tidak ada komentar