SUDAH LEWAT SATU DEKADE RUMAH PEJUANG KANKER AMBU BANTU PEJUANG KANKER
Gambar: foto rumah RPKA (Rumah Pejuang Kanker Ambu) Sumber: Twitter @pajakjabar1 |
BPPM Pasoendan – Lebih dari satu dekade Yayasan Rumah Pejuang Kanker Ambu (RPKA) sudah berjuang membantu penyintas kanker. RPKA adalah suatu rumah singgah untuk penyintas kanker yang umumnya sedang menjalani proses pengobatan di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) kota Bandung. RPKA berlokasi di Jalan Bijaksana dalam nomer 11, Kelurahan Pasteur, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung.
Awalnya Yayasan RPKA ini bernama Rumah Cinta, yang mulai dibangun pada tahun 2012 yang lalu. RPKA berdiri setelah pendirinya, Dewi (47), mendapatkan donatur yang membantunya untuk membangun Rumah Cinta tersebut. Tujuh tahun berjalan, pada tahun 2019 Rumah Cinta beralih nama menjadi Rumah Pejuang Kanker Ambu (RPKA) seperti yang dikenal sekarang.
Seluruh kebutuhan para pejuang kanker yang singgah di RPKA disediakan secara gratis. Mulai dari makanan, minuman, obat-obatan, hingga tempat tinggal. Setiap kebutuhan yang RPKA sediakan bersumber dari donatur dan kegiatan santunan.
Sumber dana yang diterima oleh RPKA sebagian besar diperoleh dari donatur secara individu. Ironisnya meski sudah 10 tahun lebih aktif membantu pejuang kanker, hingga saat ini RPKA belum pernah mendapatkan donasi dari pemerintah, baik dari Pemerintah Kota atau Pemerintah Daerah.
“Banyaknya dari donatur individu, yang tahu Ambu (Dewi), dari mulut ke mulut, nah tapi kalau dari pemerintah belum ada ya,” ucap Nurul selaku admin RPKA kepada BPPM Pasoendan.
Penyintas kanker yang ada di RPKA memiliki Rentang usia 4 hingga 40 tahun. Usia 4 sampai 16 tahun dikategorikan sebagai penyintas anak-anak. Usia 16 sampai 40 tahun dikategorikan sebagai penyintas dewasa.
Sejauh ini, kurang lebih 300 anak yang pernah singgah dan dirawat oleh RPKA. Beragam kisah perjuangan penyintas kanker sudah terjadi di RPKA. Mulai dari kisah anak-anak yang akhirnya sembuh, lalu kisah anak yang kembali ke masa-masa kritis akibat terjatuh hingga mengharuskan mereka melakukan pengobatan ulang, sampai kepada kisah anak yang harus gugur, setelah berjuang melawan penyakit kanker yang diidapnya.
Saat ini jumlah total dari anak-anak yang singgah di RPKA sebanyak 23 anak. Anak-anak yang dirawat oleh yayasan ini tidak selalu tinggal di sana. Adakalanya kehadiran mereka menyesuaikan dengan jadwal kemoterapi.
“Untuk sekarang ada 23, tapi yang udah keluar (meninggal dan sembuh) dari sini ada sekitar 300-an. Terus juga pasiennya pada menyesuaikan sama jadwal kemonya kesininya misalkan, leukimia kan yang banyak diidap anak-anak ya, nah ada yang seminggu sekali stay di sini, tapi kalau yang udah dekat ke fase penyembuhan lima bulan sekali, pulang dulu ke rumah terus datang lagi kesini,” lanjut Nurul.
Sejarah Rumah
Pejuang Kanker Ambu
Pendiri dari RPKA adalah seorang wanita bernama Dewi Nurjanah (47) atau yang akrab disapa Ambu. Dewi mendirikan Rumah Pejuang Kanker Ambu ketika usianya 39 tahun pada saat itu.
Dewi memiliki dua orang anak putra. Satu putra bungsunya meninggal dunia setelah berjuang dari penyakit kanker mata (Retinablastoma). Buah hatinya itu mengidap kanker mata ketika usianya menginjak usia 5 tahun. 3 tahun setelahnya Dewi harus rela mengantarkan tubuh buah hatinya itu kedalam pusara.
Sebelum putranya meninggal dunia, Dewi sudah berjuang selama 2,5 tahun demi kesembuhan anak bontotnya itu dari penyakit kanker yang menimpanya. Dewi mengerti bagaimana pedihnya perjuangan seorang ibu dalam merawat anak penyintas kanker. Alasan itu yang menjadi motivasi Dewi untuk mendirikan yayasan gratis untuk mereka para pejuang kanker.
Perjuangan Dewi dimulai dengan sulitnya mencari tempat yang layak untuk RPKA yang akan dibangunnya itu. Dewi juga harus memikirkan perihal ketersediaan obat-obatan untuk para pejuang kanker yang nantinya akan singgah.
Dedikasi Dewi yang sangat besar menjadi sebuah inspirasi besar bagi banyak orang sekaligus menimbulkan sebuah pertanyaan mengenai apa yang membuat Dewi masih dan mampu bertahan hingga saat ini untuk mengelola RPKA.
Kesibukan merawat penyintas pejuang kanker yang ada di RPKA, membuat
Dewi dapat
mengenang kembali anaknya yang telah gugur
dalam menghadapi kanker. Selain hal tersebut, yang menjadi modal
besar untuknya mempertahankan RPKA adalah para relawan. Para relawan yang terus
berdatangan silih berganti untuk berdonasi, menjenguk, dan memberikan
kegiatan-kegiatan positif untuk anak-anak yang ada di Rumah Pejuang Kanker
Ambu.
“Pertama karena anaknya tadi ya, terus pola gerakan relawan yang terus silih berganti datang ke rumah kanker, entah itu berdonasi ataupun memberikan kegiatan yang positif buat anak-anak di sini. Bahkan Ambu bilang, Ambu mah sebenernya yang bikin anak-anak semangat teh ya relawan yang jenguk ke sini, terus juga tamu-tamu, dan kakak lainnya (relawan) yang ngasih semangat,” tutup Nurul.
Reporter: Dwi Rahayu
Penulis: Lulu BJ Situmeang
Editor: Benta & Tania Dwi Octaviani
Beri Komentar