Pemerintah, Hati-Hati Ketika Rakyat Marah
Situasi di lapangan, para mahasiswa dari berbagai kampus di Bandung berkumpul dan bersatu menyuarakan persoalan masyarakat. Kamis (21/04). Sumber: Mochammad Arya Rizaldi
Lengkong Besar, BPPM Pasoendan- Poros Revolusi Mahasiswa Bandung (PRMB) kembali melakukan aksi pada Kamis, 21 April 2022 di depan Gedung Sate. Selain mahasiswa, aksi ini juga dihadiri oleh Aliansi Driver Ojol Bandung Raya.
Koordinator PRMB Ilyas Ali Husni menyampaikan berbagai macam permasalahan dalam kehidupan masyarakat, menjadi dorongan yang kuat untuk menggerakan massa agar turun ke jalan. Dalam hal ini terdapat beberapa tuntutan yang dilayangkan dalam aksi tersebut. Berikut tuntutannya:
- Mendesak kepada lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif untuk menolak perpanjangan Pemilu dan menunda perpanjangan masa jabatan Jokowi, serta menjalankan konsititusi yang berlaku saat ini.
- Menuntut pemerintah untuk menstabilkan harga bahan-bahan pokok sehari-hari dan mengatasi kelangkaan, dalam sektor pangan dan bahan bakar, serta menstabilkan pajak nasional yang berkeadilan.
- Mendesak pemerintah untuk menghentikan segala tindakan represif serta menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia), termasuk penggusuran lahan dan konflik agraria lain di daerah Jawa Barat dan daerah lainnya.
- Mendesak pemerintah untuk meninjau kembali, Undang-Undang KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), UU Minerba (Mineral dan Batu Bara), UU Ciptaker (Cipta Kerja), UU IKN (Ibu Kota Negara Baru) dan Undang-Undang bermasalah lainnya.
- Mendesak kepada pemerintah untuk berpihak dan menetapkan kebijakan yang berkeadilan kepada para pekerja ataupun buruh, serta pekerja jasa lainnya.
Menurutnya aksi ini adalah bagian dari aktivasi ruang perlawanan di depan Gedung Pemerintahan. Selain itu guna mengedukasi kepada masyarakat secara luas bahwa negara ini sedang dalam keadaan tidak baik.
Beberapa hari sebelum aksi dilaksanakan, sebagian mahasiswa khususnya para koordinator kampus-kampus yang akan melaksanakan aksi mengalami penyadapan terhadap alat komunikasi yang mereka gunakan.
Ilyas menganggap terjadinya peratasan menggambarkan kondisi pemerintah yang mulai panik dan takut dengan gerakan masyarakat. Oleh karena itu dilakukanlah upaya peredaman, seperti dengan adanya intimidasi dan ancaman kepada mahasiswa itu sendiri.
Menurutnya isu pemisahan diri gerakan mahasiswa dengan masyarakat sipil lainnya kerap kali timbul manakala aksi demonstrasi mencuat ke khalayak umum, bahkan menjadi sumber terpecah belahnya suatu pergerakan. Karena itu ia mengajak kepada kawan-kawan mahasiswa untuk membuktikan bahwa gerakan pada aksi ini tidak ekslusif dan elitis.
“Kita adalah gerakan rakyat, tentunya karena ada temen-temen Ojol juga, pun dari temen-temen dari elemen lain yang tergerak, jangan sampai ada sekat di gerakan mahasiswa” tandasnya.
Para mahasiswa dalam aksi demonstrasi ini melakukan aksi simbolis dengan melepas jas almamater, sebagai pembuktian bahwa mahasiswa dan masyarakat sipil lainnya itu sama.
Seperti yang dikatakan oleh salah satu massa aksi Verdian A Hartono, "sejalan dengan peringatan Hari Kartini pada 21 April juga yang menggaungkan tentang pentingnya emansipasi. Dengan adanya aksi ini ia mengibaratkan bahwa emansipasi merupakan milik semua rakyat sipil, tidak terkecuali baik itu laki-laki maupun perempuan dapat menyuarakan pendapatnya. Salah satunya dengan terlibat dalam aksi di lapangan”.
Ia pun menambahkan agar mahasiswa terus semangat melawan ketidakadilan yang dilakukan pemerintah. Dengan memandang perjuangan dan perlawanan sesederhana menyadarkan kepada diri sendiri dan orang sekitar bahwa kita semuanya adalah calon korban, seperti hal nya masyarakat tertindas lainnya.
Ia mengingatkan kepada pemerintah agar hati-hati ketika rakyat marah, yang pada dasarnya saat ini masyarakat masih terlalu baik. “Ketika rakyat marah, siapapun Presiden, Jenderal akan bisa jatuh oleh kuasa rakyat,” tutupnya.
Reporter: Mochammad Arya Rizaldi
Penulis: Sherani Soraya Putri
Redaktur: Zulfadly Tawainella
Beri Komentar