PTMT Tidak Memberikan Kabar Gembira Kepada Pedagang Kantin
Lengkong
Besar, BPPM Pasoendan - Pertemuan tatap muka
terbatas (PTMT) yang dilaksanakan pada Senin (14/02) tidak memberikan kabar gembira
kepada pedagang kantin. Pasalnya pedagang kantin tidak diizinkan berjualan di
kantin FISIP UNPAS. Adanya upaya kebijakan kantin ini untuk menghindari
terjadinya kerumunan di sekitar lingkungan kampus.
Endang
Mulyana (50) salah satu pedagang yang berjualan di kantin Unpas Lengkong Besar
atau yang akrab dikenal dengan panggilan Abi ini menyatakan perasaan keberatan
terkait ditutupnya kantin selama PTMT berlangsung. Menurutnya kantin yang
ditutup karena alasan kerumunan tidak relevan, dengan adanya PTMT ini tentu
akan ada kerumunan yang dihasilkan oleh mahasiswa.
"Masalahnya
kan, kalo emang kantin ditutup, itukan mahasiswa masuk, tetap ada kerumunan,
iya kan" ucapnya.
Endang
juga menambahkan, seluruh pedagang mengharapkan adanya rapat antara pihak Unpas
(Universitas Pasundan) dengan para pedagang terkait tidak diizinkannya kantin
berjualan selama berlangsungnya PTMT di kampus.
"Kami
sebagai pedagang mengharapkan adanya rapat dari rektorat sama semua pedagang,
jadi semua pedagang ingin memberikan solusi terhadap rektorat, bagaimana
caranya untuk bisa meminimalisir untuk, gimana caranya sekian persen masuk ke
kampus atau sekian persen masuk ke kantin," jelasnya.
Ditutupnya
kantin selama PTMT ini membuat beberapa pedagang kehilangan tempat untuk
berjualan. Seperti yang dialami oleh Damin (54) penjual nasi rames, yang tidak
memiliki tempat berjualan selain di kantin belakang kampus FISIP Unpas. Hal
tersebut membuat Damin memilih untuk pulang ke kampungnya yang terletak di
daerah Garut.
"Enggak
ada, gak punya, cuma di kantin aja, kalo gak jualan ya saya pulang kampung aja
ke garut," ungkapnya.
Selain
Damin, hal serupa juga di alami oleh Opa Mustopa (46) pedagang rokok dan kopi,
yang mengharuskan dirinya berjualan keliling, karena tidak memiliki tempat lain
untuk berdagang. Opa berharap kantin tetap dibuka, dan dirinya dapat berjualan
di kantin belakang kampus FISIP Unpas.
"Ya
harapan mah dibuka weh gitu, ya atuh kan perlu jualan udah lama libur. Keliling
udah cape hampir 2 tahun. Libur berdagang 2 tahun lebih, semenjak corona dari bulan maret 2019. Berarti udah
2 tahun libur disini mah. ya paling keliling weh terus-terusan, udah cape.
Sekarang juga masih keliling," pungkasnya.
Keputusan ditutupnya kantin ini berlaku
bagi semua kantin yang berada di Unpas. Baik Unpas yang berada di kampus Taman
Sari ataupun Unpas Setiabudi. Pihak universitas sudah menurunkan SK rektorat
terkait hal ini. SK tersebut kemudian disosialisasikan ke setiap fakultas, lalu
dari pihak fakultas mensosialisasikan kepada pedagang kantin.
“Ya sebetulnya ada SK rektor ya, yang
ke fakultas-fakultas ya, kalo ke pedagang-pedagang mah enggak sih, Cuma
langsung dari pihak fakultas biasanya yang sosialisasi itu ya. jadi kita tidak
diskriminasi bahwa kampus lengkong aja yang tidak boleh dagang, tapi kita
melakukan sama, semua kampus untuk sementara tidak boleh ada jualan,” ujar
Yayan Mulyana selaku Kepala Bagian Rumah Tangga saat ditemui di Gedung rektorat,
Unpas Taman Sari, Senin (14/02).
Belum ada informasi jelas terkait
sampai kapan ditutupnya kantin yang berada di seluruh Unpas. “Ya belum jelas ya,
soalnya kebijakan masih tarik ulur ya, kita juga kan liat kondisi pandemi
seperti begini, belum bisa menentukan kapan, pimpinan menentukan, bahwa itu
sudah kembali normal,” tambahnya.
Menurutnya, Universitas tidak dapat
memberikan kebijakan lain terkait ditutupnya kantin ini. Salah satu faktornya
adalah perilaku mahasiswa yang sulit diingatkan untuk tidak berkerumun.
“Pada real nya itu ya, pada saat nangkring, kadang-kadang mahasiswa juga, agak sulit juga untuk di arahkan sama satuan pengaman. Kadang-kadang kan kalo merasa nyaman, kalo terusik gitu ya, jadi nerimanya jadi ga enak gitu ya. Bukannya satpam tidak bisa tegas, tapi menghindari gesekan dengan mahasiswa, mungkin itu aja barangkali,” tutupnya.
Penulis
: Benta
Editor
: Dhila
Penyunting
: Sherani
Beri Komentar