Meninjau Isu Lingkungan: Transisi Komunikasi dan Pengabdian Masyarakat
Ilustrasi
Lengkong Besar, BPPM Pasoendan- Pandemi Covid-19 menciptakan suatu sistem komunikasi sosial masyarakat yang lebih terdigitalisasi. Keterbatasan akan pertemuan secara langsung menimbulkan terjadinya transisi dalam pola komunikasi lingkungan, khususnya yang terjadi pada ruang lingkup generasi muda.
Dr. Nur Ratih Devi Affandi, S.S. M. SI, sebagai seorang Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan dan Penggiat Lingkungan, menyampaikan bahwa saat ini kita mengalami krisis komunikasi. Karena pada dasarnya dalam komunikasi tatap muka saja seringkali kita mengalami miskomunikasi, apalagi jika melalui media online yang memiliki kemungkinan begitu luas interpretasinya.
“Iya memang betul komunikasi daring akan mengalami miskomunikasi. Tapi dengan media kita bisa melihat dari based on data, dengan melihat media apa yang sering digunakan orang tersebut dan isu apa yang menjadi ketertarikannya dapat diketahui,” ujarnya saat dihubungi melalui aplikasi zoom meeting, Minggu (25/07/2021).
Transisi Komunikasi Lingkungan
Pada kenyataannya anak muda zaman sekarang , khususnya mahasiswa sudah luar biasa sekali dalam mengangkat diskursus konteks isu lingkungan. Salah satunya dapat dilihat dengan diadakannya berbagai macam acara yang mengangkat isu lingkungan, sebagai topik utama pembahasan, beserta keterlibatan masyarakat luas sebagai partisipan melalui pertemuan daring. Serta kontribusi mereka dalam pengabdian masyarakat kampus yang membawa agenda lingkungan di dalamnya.
Generasi muda dapat memanfaatkan media sosial untuk membuat konten-konten kreatif mengenai lingkungan, berdasarkan pada ciri khas diri sendiri. Contohnya seperti memberikan cara untuk memilah sampah yang baik dan benar. Dapat dikatakan hal itu adalah tindakan sederhana, namun jika mempengaruhi pola pikir masyarakat. Maka dampak yang akan dihasikan begitu berarti, yaitu melahirkan suatu gerakan kolektif menjaga dan melestarikan lingkungan, serta mengedukasi dirinya dan sekitar untuk terus mengawal isu lingkungan.
Dengan demikian, salah satu bencana yang seringkali dominan terjadi di Indonesia dan global yaitu banjir, di mana sebagian besar rata-rata disebabkan oleh tindakan manusia dapat terminimalisir. Kasus konkrit yang terjadi beberapa waktu belakang yaitu bencana banjir bandang terparah yang terjadi di China, intinya disebabkan oleh perubahan iklim yang ekstrim, dan dirunutkan juga karena masalah sampah dan drainase yang berujung pada terjadinya banjir.
Keterlibatan Mahasiswa dalam Pengabdian Masyarakat Berbasis Isu Lingkungan
Lebih lanjut, dalam agenda tahunan pengabdian masyarakat FISIP Unpas, ia selalu berupaya mengaitkannya dengan konteks isu lingkungan. Sebelum di implementasikan secara nyata, dengan turun langsung ke lapangan, dalam hal ini para dosen mempresentasikan kepada reviewer agar diberikan penilaian objektif.
Ketika ia menjadikan isu lingkungan sebagai pesan utama dalam pengabdian masyarakat, para reviewer cenderung memberikan respon positif atau dukungan, dan para dosen lainnya juga jauh lebih tertarik lagi terhadap lingkungan itu sendiri.
Keterlibatan mahasiswa dalam kolaborasi pengabdian masyarakat tentang isu lingkungan juga tidak jauh dari perhatian. Ia memperhatikan bahwa mahasiwa memiliki antusiasme dalam keberlangsungan kegiatan tersebut. Ada kalanya pengabdian masyarakat pernah dilakukan di daerah Buah Batu, banyak dari masyarkat disana yang menyambung kehidupannya dengan cara berjualan dengan menggunakan bungkus makanan sekali pakai atau sterofoam.
Tidak ada keanehan jika menilai dari tatanan masyarakat pada umumnya, namun bagi sebagian besar penggiat lingkungan dan masyarakat sipil yang peduli terhadap lingkungan. Tindakan tersebut memantik kegelisahan sosial bagi masa depan lingkungan. Maka dari itu ia bersama tim mahasiswa mensosialisasikan kepada masyarakat sekitar tentang bahayas sterefoam, terlebih proses penguraiannya akan sangat lama sekali. Pada intinya juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.
“Saya juga melibatkan aparatur daerah, seperti RT/RW, kecamatan, semuanya saya ajak ngobrol. Dan setelah enam bulan dari acara itu, ternyata betul terjadi perubahan kepada masyarakat disana yang tidak lagi menggunakan sterofoam,” tambahnya.
Selanjutnya ia menjelaskan tentang kegiatan pengabdian masyarakat yang baru dilakukannya akhir-akhir ini di masa pandemi Covid-19. Bertempat di daerah Antapani sebagai kawasan zona hitam dalam kurun waktu cukup lama, menjadi alasan kuat baginya memberikan bantuan masker kain yang dapat digunakan beberapa kali, dalam artian sekaligus edukasi masker ramah lingkungan.
“Saya bilang bahwa yang namanya masker sekali pakai itu tidak baik untuk lingkungan, itu akan menjadi masalah baru di laut kita, itu menjadi masalah baru di sungai kita yang menumpuk dan sulit di proses oleh alam,” tuturnya.
Selanjutnya ia juga pernah melaksanakan pengabdian masyarakat dengan mahasiswa mengenai ekonomi kreatif berbasis lingkungan kepada warga daerah Wanasari. Para petani kopi diberikan sosialisasi untuk membuat bungkus kopi, selain bagus, juga ramah terhadap lingkungan.
Terakhir ia menyampaikan bahwa selama ini sudah berupaya untuk memaksimalkan peran dalam mengawal isu lingkugan. Namun idealisme tidak bisa dibohongi, selalu ada perasaan masih kurang. Memang benar tidak ada yang sempurna, namun proses untuk mendekati kesempurnaan akan terus dilakukan. Dengan pengabdian masyarakat, aktualisasi peran guna menyampaikan pesan urgensi lingkungan kepada masyarakat, telah didukung para pemangku kebijakan menjadi suatu langkah strategis yang cukup efektif untuk terus menindaklanjuti isu lingkungan.
Sherani
Beri Komentar