Setahun Kuliah Online dari Perspektif Mahasiswa
Pada 17 Maret 2021 lalu, FISIP Unpas terhitung sudah menjalankan
aktivitas perkuliahan secara online selama satu tahun. Dalam rentang waktu tersebut, ada banyak cerita dan dinamika yang berlangsung. Sebagai ikhtisar dari
apa-apa saja yang sudah terjadi, BPPM Pasoendan meminta kepada beberapa
mahasiswa FISIP Unpas dari lintas angkatan dan jurusan untuk berbagi ceritanya.
Secara umum, ada tiga hal yang ditanyakan kepada mereka, yaitu mengenai kesan, tantangan, dan harapan terkait perkuliahan online. Apa yang tertulis di sini, mungkin tidak bisa memberikan gambaran seutuhnya mengenai apa saja yang sudah terjadi. Tapi setidaknya dari kepingan-kepingan cerita yang ada, kita bisa mendapat gambaran yang lebih besar terkait dinamika perjalanan setahun kemarin. Berikut ulasannya:
1. Nadia Oktavia (Mahasiswi Administrasi Bisnis 2019)
Kesan:
Banyak banget dari yang enak sampai ga enak. Awal-awal sih semangat
banget kuliah di rumah, menurut aku plusnya kuliah online tuh lebih fleksibel
aja bisa sambil ini, itu. Terus dalam pikiran, “wah bisa hemat nih kalau kuliah
online,” tapi nyatanya keinginan untuk belanja online lebih besar. Diem dikit
buka Shopee dan teman-temannya, ga sadar checkout terus-terusan.
Ibarat pengeluaran terus-terusan, pemasukan uang saku ga ada, yang ada bukan
hemat malah melarat. Lama-lama bosen juga kuliah online maunya offline aja.
Intinya ekspektasi sama realita kuliah online tuh beda banget. Ekspektasinya
enak, ngerjain tugas bisa kerja sama, ngerjain bareng, santai, tapi realitanya
pada masing-masing, banyak tugas, ga ngerti materi, deadline menumpuk.
Terus di rumah tuh kayak yang sibuk banget mantengin laptop tapi
ngerasa ga ada yang masuk satu pun itu materi, kadang juga ga tenang kalau ada
tugas yang deadline-nya cepet banget. Pernah satu waktu ada tugas deadline
jam 12 malam, aku kerjain tuh dari abis isya, pas liat jam udah jam setengah 12
malam. Pas mau ngumpulin udah rapih formatnya, engga tau gimana tiba-tiba
ketiduran di depan laptop dan bangun-bangun jam 4 subuh, pas liat tugas belum
ke submit. Itu rasanya ah gabisa dijelasin lagi gimana keselnya.
Terus juga kadang dosen ngasih materi aja tanpa ngejelasin dan
langsung ngasih tugas, ada juga dosen yang kelewat rajin setiap pertemuan
selalu ngasih materi iya, Zoom iya, tugas pun iya. Setahu aku sih dosen-dosen yang
lain kalau misalkan Zoom berarti engga ada tugas, tapi ini engga berlaku di salah
satu mata kuliah yang aku ambil. Intinya makin lama makin banyak juga dukanya.
Tantangan:
Aku pribadi orangnya gampang ngantuk apalagi kalau dosennya
ngebosenin, offline aja aku sering ngantuk apalagi online, ngantuknya nambah dua
kali lipat. Selain kendala internet yang lemot, kuliah online juga kadang bikin
otak aku lemot.
Kendala lainnya boros kuota karena harus siap Zoom terus, engga
apa-apa kalau dapet subsidi kuota dari kampus, kalau engga? Hehehe
Harapan:
Semoga corona cepet hilang, keadaan juga membaik dan normal, biar bisa aktivitas seperti biasa lagi, biar cepet kuliah offline lagi terus ketemu temen-temen.
2. Wilmar (Mahasiswa Administrasi Publik 2017)
Kesan:
Perkuliahan online memang memiliki ciri khas tersendiri ya, baik
dari pelaksanaannya maupun dari nuansanya terasa sangat berbeda dari kuliah
secara offline. Kita jadi harus memahami dan menerima segala bentuk materi
pembelajaran dari dosen secara virtual. Kesannya untuk saya, tidak sebaik
seperti kuliah biasanya, kita tidak bisa berdiskusi sedalam mungkin karena online
kan serba terbatas. Jadi itu sedikit minusnya dari kuliah online.
Untuk kesan secara keseluruhan, ya mesti gimana lagi, harus
dinikmati. Jadi jika dikatakan baik tidak, dikatakan terlalu buruk tidak, punya
nuansa tersendiri lah perkuliahan online itu seperti ini. Jadi cukup berkesan
lah.
Tantangan:
Untuk saya pribadi Alhamdulillah tidak pernah mengalami
kendala teknis seperti kesulitan sinyal, namun mungkin untuk teman-teman yang
lain khususnya yang ada di luar Pulau Jawa mungkin sangat terasa ya dampaknya.
Untuk kesulitan dan tantangan yang saya alami sejauh ini paling
terkait pendalaman atau pemahaman materi yang diberikan dosen. Terkadang dosen
juga tidak bisa memberikan pembelajaran yang bener-bener langsung masuk ke kita
seperti saat offline. Di sini juga kan kita dituntut fokus, sedangkan tidak
dapat dipungkiri bahwasanya ketika kita belajar di rumah dengan segala hal yang
membuat kita santai, terkadang membuat kita menjadi tidak fokus dalam belajar.
Terkait tugas akhir, jurusan Administrasi Publik bisa dibilang
cukup lamban dalam peluncuran pedoman skripsi, pelayanan perpustakaan juga
belum cukup baik.
Harapan:
Untuk dosen haruslah menjadi seorang guru yang baik, guru itu kan
digugu dan ditiru, dimana mereka pun sebagai dosen harus bisa memberikan
gambaran sebuah etika yang baik. Ada dosen yang hanya masuk di pertemuan
pertama dan terakhir ketika menjelang UAS, mengirim materi pun di akhir. Banyak
juga yang cerita kepada saya, dosen terkadang memberi tugas banyak dan tidak
memahami situasi sekarang. Harapan saya agar dosen dapat mengevaluasi kinerja
pembelajaran, juga bisa mengadaptasikan diri terhadap perkuliahan online agar
menciptakan satu pelayanan yang baik.
Untuk kampus, harapan saya untuk lebih transparan terkait keuangan. Pertanyaan berikutnya adalah mengapa tidak ada potongan DPP, harusnya kan ada beberapa hal yang disubsidi. Ibaratnya saya engga butuh kuota, di rumah juga ada Wifi, coba ketika dapat potongan DPP, itu mungkin akan lebih baik.
3. Amanda Doviana Putri (Mahasiswi Hubungan Internasional 2020)
Kesan:
Yang jelas belum bisa ngerasain gimana perkuliahan secara offline
itu, kayak mungkin engga bisa disamakan sama sekolah ya kalau perkuliahan. Jadi
emang dari awal online aja gitu.
Suka dukanya, awalnya ya bingung gimana mencari teman,
bersosialisasi dengan dosen ataupun teman di mata kuliah itu sendiri. Dengan banyaknya
mata kuliah yang asing di telinga saya dan angkatan saya, kayak ini mata kuliah
apa, kalau kuliah tuh gimana sih cara belajarnya.
Mungkin kalau angkatan saya sebelum ospek udah saling mengenal
dengan adanya grup angkatan, juga pernah mengadakan meet buat temen-temen
yang ada di Bandung. Jadi bisa gampang untuk menjalani perkuliahan online
karena udah ada teman, kayak udah saling mengenal walaupun tidak intens, yang
penting kenal sama mereka.
Tantangan:
Untuk kendala teknisnya dari kamera rusak atau sinyal yang lemah. Selain itu juga soal pemahaman materi. Saya pernah nangis karena saking engga ngertinya materi yang dijelaskan tuh apa. Jadi di semester dua sekarang, saya lebih belajar secara otodidak dari modul yang dikasih dosen daripada saat Zoom.
Dosen udah
bagus, udah memberikan pembelajaran dengan maksimal, tergantung balik
lagi ke kita gimana cara memahaminya. Positifnya, di masa pandemi ini kita berusaha
untuk bikin diri kita bisa belajar secara mandiri.
Kendala lain
soal sistem web yang tidak berjalan dengan baik, itu meresahkan mahasiswa,
apalagi mahasiswa baru. Banyak kok teman-teman saya yang berkeluh kesah dengan
DPP yang harus cepat dibayar tapi feedback yang dikasih ke kitanya tidak
sepadan.
Contohnya saat web
error, berhenti tiba-tiba, dan berhentinya itu di saat kita mau submit
jawaban. Mungkin tidak dilihat dosen, tapi kita panik sendiri, ini gimana
kalau engga tepat waktu untuk menggunggah jawaban, itu sih yang banyak
dikeluhkan mahasiswa.
Harapan:
Untuk aktivitas
perkuliahan kita bisa memahami situasi sekarang, tapi web diperbaiki lagi
sistemnya, terus DPP setidaknya ada pengurangan lah
dengan adanya pandemi ini.
4. Muhammad Rizaldi Nugraha (Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2018)
Kesan:
Pertama kuliah online mungkin hampir sama kaya mahasiswa lainnya,
pertama sepertinya menarik. Konsep transfer ilmu lewat medium internet. Kalau hal
unik cukup banyak sih, kadang ada momen lucu juga.
Tantangan:
Cukup banyak juga waktu kuliah online itu. Kayak jaringan kadang ga
stabil, lalu tugas sih masalah utamanya. Kalau waktu mah kadang bisa fleksibel.
Harapan:
Terutama buat kampus, menyoal kuliah online mungkin bisa diefektifkan
skala pembelajarannya melalui dosen-dosen.
5. Ikhwan Fadhillah (Mahasiswa Kesejahteraan Sosial 2019)
Kesan:
Ternyata kuliah online lebih efektif juga karena pengeluaran biaya
saya selama kuliah jadi lebih ringan. Contohnya di segi kehidupan saya, karena saya
dari luar Kota Bandung, saya harus nge-kost dan hidup mandiri di Kota Bandung.
Yang tadinya saya harus membayar uang kost per tahun dan harus membeli makanan
untuk sehari-hari, sekarang sudah tidak seperti itu lagi, jadi lebih irit.
Dukanya saat menjalani kuliah online ada satu, saya merasa diri
saya seperti iron man. Selalu banyak tugas, dikit-dikit tugas,
setiap pertemuan pasti ada tugas. Tolong tugas jangan terlalu banyak, di luar
sana banyak mahasiswa yang merasa seperti itu.
Mengenai hal terunik ketika berlangsungnya kuliah online, ketika
teman saya melampirkan tugas yang nama file-nya “Kumaha Ibu wehh (red-
terserah ibu dehh),” sontak satu kelas terngiang-ngiang mendengar cerita tersebut.
Tantangan:
Semua sistem sudah baik sekarang, ada perbaikan dari pihak kampus
untuk sistem pembelajarannya jadi lebih enak.
Harapan:
Semoga pandemi ini bisa berlalu dan kita bisa bertatap muka di
kampus dan bisa merasakan masa-masa paling indah ketika kuliah.
(Azmi)
Beri Komentar