Cara Mengatasi Pandemic Fatigue
Gambar: klikdokter.com
Ditengah kabar baik soal
rencana vaksinasi yang bakal dilakukan pemerintah Indonesia di awal tahun ini,
muncul juga kabar yang tak sedap. Berdasarkan data terbaru yang dirilis, hari ini tercatat ada 9.321 kasus baru Covid-19. Ini adalah
kasus harian terbanyak sejak kasus pertama ditemukan di Indonesia!
Meski tahun sudah berganti,
tapi pandemi belum berlalu. Bahkan dengan adanya kabar terbaru hari ini, kemungkinan
kita masih dalam situasi pandemi bisa lebih lama lagi.
Situasi yang
berlarut-larut dan gak jelas ujungnya memang membuat banyak orang bosan dan
merasa lelah. Diantara fenomena yang banyak muncul dalam situasi ini, adalah
fenomena yang dikenal dengan istilah pandemic fatigue alias kelelahan akan
kondisi pandemi.
Apa aja ciri-cirinya? Wajar
gak sih kalau ngerasa gitu? Terus gimana cara mengatasinya?
Untuk mencari tahu apakah
kamu mengalami pandemic fatigue atau enggak bisa diliat dari dua aspek,
yaitu aspek fisik dan aspek mental.
Dari aspek fisik, orang
yang mengalami pandemic fatigue, biasanya akan merasa sangat lelah padahal
aktivitas yang dilakukan enggak banyak. Meski tubuh dalam kondisi fit, tapi
rasanya lesu dan gak bersemangat melakukan apa pun, maunya rebahan aja.
Sementara dari aspek
mental, gejala yang muncul biasanya mood jadi gampang berubah cepat, kurang
motivasi, dan susah buat konsentrasi. Lelah sama keadaan juga membuat orang
cenderung mulai abai pada protokol kesehatan ketika ada di ruang publik.
Apakah itu adalah kondisi
yang wajar?
Menurut WHO, pandemic
fatigue sebetulnya adalah hal yang wajar dialami setiap orang, respon
alamiah pada situasi yang gak biasa. Kalau kelelahan fisik dan mental ini
muncul ketika kasus Covid-19 terus menurun, mungkin gak terlalu jadi masalah,
tapi kalau yang terjadi adalah sebaliknya, tentu jadi masalah besar. Karena itu,
kamu perlu menemukan cara yang efektif untuk mengatasi kondisi ini.
Berikut beberapa cara
yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi pandemic fatigue:
1. Renungkan dan Terima
Coba luangkan waktu untuk
merenung. Kalau muncul perasaan jengkel, gak sabar, marah, lelah, cemas, atau
stres, sadarilah bahwa itu adalah respon yang normal dan bisa dimengerti selama
masa sulit ini. Pikirkan bahwa apa yang kamu alami saat ini adalah hal yang
wajar dan bukan kamu aja yang merasakan hal tersebut.
2. Rutin Berlatih
Pernapasan
Mungkin terdengar sepele,
tapi latihan pernapasan adalah cara paling sederhana untuk mengurangi stres dan
kecemasan. Mulai dengan menarik napas dalam-dalam secara perlahan dan kemudian
embuskan secara perlahan pula.
Lakukan latihan
pernapasan sederhana ini setidaknya tiga kali sehari. Pernapasan dapat membantu
kamu dalam mengelola respons kecemasan pada tingkat fisik, fisiologis, dan
mental.
3. Hindari Melakukan Doomscrolling
Doomscrolling
adalah kecenderungan untuk menelusuri media sosial terus-menerus, terutama
untuk mencari berita-berita negatif. Kalau terus dilakukan, kebiasaan ini dapat
menimbulkan efek fisik maupun psikis.
Sejak pandemi intensitas kita
main media sosial memang meningkat, karena itu adalah salah satu hiburan yang praktis.
Tapi sebaiknya hindari untuk sengaja mencari informasi negatif karena bisa meningkatkan
rasa takut, ketidakpastian, kecemasan dan kelelahan.
Kalau kamu merasa sudah
terjerumus ke dalam doomscrolling sebaiknya distancing dulu sama
media sosial. Bisa dengan menghapus aplikasi media sosial-mu atau setidaknya
batasi waktu penggunaannya.
4. Pulihkan Energi
Selama masa-masa sulit,
kamu mungkin perlu sengaja menambahkan waktu istirahat untuk memulihkan dan
mengisi kembali energi fisik maupun mental. Istirahat yang dimaksud bukan
berarti tidur lebih lama, ya. Kamu bisa beristirahat dari aktivitas yang
menjenuhkan dan menggantinya dengan hal-hal yang menenangkan. Duduk di sofa
sambil maraton film, memasak makanan favorit atau sekedar mendengarkan lagu
favorit kamu di tempat tidur.
5. Lakukan Aktivitas
Fisik
Aktivitas fisik juga
tetap penting dilakukan. Olahraga seperti lari, bersepeda, atau yoga, kalau
dilakukan secara seimbang (nggak berlebihan) bisa mengisi kembali energi.
6. Tetap Berkomunikasi dengan Orang Terdekat
Meski bersosialisasi
dalam jumlah besar saat ini dibatasi, tapi hal ini nggak membuat
kita putus komunikasi. Kita tetap bisa berkomunikasi dengan orang terdekat seperti keluarga dan teman dekat untuk melepas rindu atau sekadar bercerita untuk melepas stres.
(Azmi)
Sumber: popbela.com/
halodoc.com/
uchealth.org
Beri Komentar