Header Ads

Menjalani Hidup dengan Biasa-Biasa Saja

(Foto: kabarkampus.com)

 

Ada masa ketika saya suka baca buku-buku motivasi. Alasannya sederhana saja, rata-rata tulisannya ringan, menyenangkan, dan yang paling penting bisa menjaga suasana agar selalu ada dalam “positive vibes.” Lalu suatu saat saya berkenalan dengan seseorang yang sekarang sudah jadi teman akrab. Dia punya pandangan menarik soal konsep motivasi ini, dia bersikap agak skeptis (juga sinis).

Baginya, ungkapan-ungkapan motivasional itu seringkali reduksionis, “seakan-akan semua persoalan hidup cuma soal pikiran, soal mindset,” katanya. Makin kesini saya makin mengerti apa yang dimaksud teman saya itu. Kenyataannya, memang tidak semua persoalan bisa diselesaikan hanya dengan pola pikir positif.

Apa yang dimaksud teman saya itu, ternyata ada juga yang menuliskannya dalam bentuk buku dan diberi istilah menarik, yaitu “demotivasi”. Penulisnya adalah Syarif Maulana, akademisi dan pegiat filsafat di Bandung. Buku ini berisi beberapa esai dan kumpulan kalimat demotivasi. Meski mengutip banyak filsuf, gaya bahasanya yang ringan membuat buku ini gampang untuk dicerna.

Gagasan utama yang mau ditawarkan buku ini adalah kritik pada konsep motivasi. Konsep yang menurut penulisnya menyimpan bahaya karena membuat kita “tidak awas dalam menghadapi segala gejolak dan perubahan yang ditimbulkan oleh hidup.” Istilah populernya sekarang mungkin adalah toxic positivity.

Untuk membangun argumennya, penulis mengutip banyak pemikir dari zaman klasik sampai sekarang. Di era klasik ia mengutip Gorgias, pemikir era Yunani Kuno yang menyatakan tesis soal skeptisisme (aliran pemikiran yang meragukan segala sesuatu). Kata penulis, sikap pesimis atau ragu-ragu menjadikan manusia lebih santai dan fleksibel, karena tidak bergantung pada sesuatu.

Di era modern, ia mengutip filsuf eksistensialis seperti Albert Camus yang mengatakan “hidup ini absurd,” atau “manusia adalah gairah tanpa makna,” seperti kata Jean Paul Sartre. Ungkapan-ungkapan itu ia tafsirkan bukan sebagai bentuk kekalahan pada hidup, tapi justru agar manusia bergairah dalam memaknai hidup, tanpa harus bergantung pada makna yang dirumuskan oleh orang lain.

Nah kutipan dari Gorgias, Camus, atau Sartre itu oleh penulis dikategorikan sebagai bagian dari ide-ide demotivasi. Selain itu, masih banyak lagi yang dikutip seperti Descartes, Bacon, Emil Cioran, juga pemikiran dari Timur seperti Buddhisme atau kisah Abu Nawas.

Jadi, buku yang menawarkan gagasan “demotivasi” ini, bisa dibilang sebagai antitesis dari “motivasi”. Gagasan yang mungkin asing, punya citra negatif dan bertentangan dengan pola pikir orang kebanyakan. Tapi seperti kata penulisnya, lewat gagasan ini kita diharapkan untuk “lebih kritis dan realistis dalam menghadapi hidup, dan tidak mudah untuk jatuh dalam ilusi keseharian yang menyuruh kita untuk terus semangat dan berpikir positif.”

Terkait kritik, sebetulnya sudah dibahas oleh penulis di salah satu esai di buku ini, yaitu ada semacam paradoks dalam konsep demotivasi. Karena kita termotivasi untuk melakukan demotivasi. Untuk menulis buku ini pun, tentu si penulis perlu motivasi.

Karena itu menurutnya, tidak semua bentuk motivasi harus disingkirkan dalam pikiran manusia. Demotivasi diperlukan untuk mengimbangi motivasi yang berlebihan, bahwa ruang gelap harus ada agar kita mengerti bentuk ruang yang penuh cahaya. Oh ya, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, buku ini memuat banyak quotes demotivasi yang menggelitik dan kadang membuat saya bergumam “iya juga ya!” berikut contohnya:

“Selamat pagi, selamat menjalani hari yang itu-itu juga!”

“Di kota, banyak sekali hiburan karena hanya orang di kota, yang butuh banyak sekali hiburan”

“Orang di kota heran dengan kehidupan orang di desa yang terlampau santai, seperti tanpa target dan pencapaian. Orang di desa heran dengan kehidupan orang di kota, yang sibuk mengejar target dan pencapaian, agar dapat hidup santai”

“Kita selalu merasa dalam keadaan terancam jika bersama orang lain, dan setidaknya mereka senantiasa mengancam kebebasan kita. Namun, di sisi lain, kita terancam saat kita kesepian. Jadi, kita ini siapa?”

“Berita daring sering menuliskan sebuah fenomena “menghebohkan warganet.” Mungkin hanya warganet yang seringkali bereaksi heboh. Hidup tanpa internet bisa jadi merupakan ketenangan tersendiri dan jauh dari kehebohan”

 

Identitas Buku

Judul: Kumpulan Kalimat Demotivasi: Panduan Menjalani Hidup dengan Biasa-biasa Saja, Penulis: Syarif Maulana, Penerbit: Buruan & Co, Terbit: Juni 2020 (Cetakan Pertama), Tebal: 85 halaman.

(Azmi)

Tidak ada komentar