Apa Guna Jadi Penulis? (Mengenang Wiji Thukul)
Apa guna jadi penyair
kalau sajakmu hanya tentang
makan malammu sendiri?
Kau hibur orang-orang
yang tak ingin sadar
ada bunga yang dia injak.
Lalu kau paksa bunga
untuk ikut penindasnya
seperti mencabut sebuah singkong.
Apa guna jadi cerpenis
kalau di sepanjang ceritamu
tidak ada seorang manusia?
Kau hanya ingin melihat
udara-udara yang bersih
ketimbang tanah yang kotor.
Lalu kau paksa tanah
untuk menjadi angin
tanpa membersihkan tubuhnya.
Kau mengikuti kuliah sastra
untuk belajar caranya hidup
sendiri di dunia dan teka-teki.
Tak pernah bergerak bola mata
dalam kepalamu yang rapuh.
Badanmu selalu harum
dengan wangi bedak bayi.
Lalu kau ajarkan pengetahuanmu
kepada anak cucumu.
Tapi apa guna jadi novelis
kalau matamu tak pernah ingin
melihat ke seluruh arah?
Apa guna jadi dramawan
kalau badanmu tak kunjung bau
parfum orang dewasa?
Apa guna jadi sastrawan
kalau haram untuk ada
bunga dan tanah
di dalam dirimu?
Kau hanyalah tembok
dan bunyi kematian.
( Ilham)
Beri Komentar