Minimnya Buku di Perpustakaan FISIP Unpas, Sebuah Problem Baru
Suasana perpustakaan FISIP Unpas. |
pasoendan.co-- Banyak mahasiswa FISIP Unpas yang mengeluh karena kekurangan bahan referensi untuk membantu kegiatan perkuliahan. Mereka kecewa karena perpustakaan FISIP Unpas minim bahan referensi.
Femi mahasiswa Administrasi Negara (AN) angkatan 2015 berpendapat bahwa perpustakaan FISIP kurang buku referensi.
"Perpustakaan FISIP Unpas sudah nyaman untuk baca buku dan mengerjakan tugas, tapi lebih banyak skripsi mahasiswa daripada buku referensi yang di gunakan mahasiswa, padahal seharusnya lebih banyak buku referensi untuk membantu mengerjakan tugas, jangan sampai perpustakaan Fisip Unpas menjadi perpustakaan skripsi," kata Femi.
Padahal mahasiswa sangat membutuhkan buku untuk bahan berdialektika, selain untuk mengerjakan tugas kuliah. Skripsi mahasiswa hanya bisa menjadi rujukan untuk mahasiswa tingkat akhir, bukan untuk mahasiswa baru. Jam buka perpustakaan pun sebenarnya terlalu sebentar, mengingat aktivitas perkuliahan FISIP Unpas hingga pukul 18.00 WIB. Pada hari Senin hingga Jumat perpustakaan beroperasi mulai pukul 09.00 - 15.00 WIB, sedangkan hari Sabtu pukul 09.00-14.00 WIB.
Ketersediaan buku di perpustakaan merupakan permintaan dari masing-masing dosen jurusan, kemudian dosen jurusan akan memberikan rekomendasi kepada ketua jurusan untuk diberikan kepada perpustakaan.
"Urusan ke-perpustakaan adalah tanggung-jawab semua jurusan di FISIP dan buku perpustakaan adalah atas rekomendasi jurusan, pihak fakultas tidak berwenang atas buku yang berada di perpustakaan karena buku itu harus sesuai dengan mata kuliah yang dibutuhkan, makanya buku di perpustakaan kita minta rekomendasi dari jurusan," ujar Wakil Dekan II FISIP Unpas, Sutrisno.
Edi Sumantri sebagai Kepala Bidang (Kabid) perpustakaan menanggapi pernyataan yang diberikan oleh Sutrisno, menurutnya persoalan surat permohonan atas rekomendasi buku sudah dikirimkan.
"Kita sudah kirim surat kepada semua jurusan FISIP Unpas tetapi mereka belum follow up yang kita berikan. Jadi dari 2016 buku di perpustakaan belum di update sampai saat ini, kita bisa saja mendahului jurusan atas buku-buku yang berada di perpustaakaan tetapi itu akan melanggar peraturan yang ada," ujarnya saat ditemui BPPM Pasoendan, Senin (30/10).
Ketua Jurusan Prodi Ilmu Hubungan Internasional, Ade Priangani enggan diwawancara perihal perpustakaan, sedangkan Ketua jurusan Prodi Ilmu Komunikasi tidak bisa diwawancara karena penuhnya jadwal bimbingan mahasiswa tingkat akhir.
Ketua Jurusan Prodi Ilmu Administrasi Negara, Rudi Martiawan sebagai menyampaikan bahwa akan memberikan rekomendasi jurnal internasional secepatnya. "Kami butuh waktu untuk menilai bahan referensi yang membantu perkuliahan mahasiswa, secepatnya akan kami rekomendasikan pada perpustakaan," ujarnya.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Ketua Jurusan Prodi Administrasi Bisnis, Ida Hindarsah. Pihaknya merekomendasikan jurnal internasional untuk bahan referensi mahasiswa."Karena sedikit referensi buku jurusan Administrasi Bisnis, dan kita harus terus up to date maka kita harus memperbanyak jurnal internasional. Karena jurnal internasional lebih rinci membahas problematika saat ini," kata Ida.
Ketua Jurusan Prodi Kesejahteraan Sosial, Abu Huraerah menyatakan pihaknya juga merekomendasikan e-book dan jurnal untuk mendukung kegiatan perkulihan, hal ini dikarenakan minimnya buku studi kesejahteraan sosial berbahasa Indonesia. "Buku referensi jurusan kesejahteraan sosial banyak yang berbahasa inggris, maka dari itu kita lebih selektif mem-filternya. Rekomendasi juga bukan hanya bentuk fisik, tapi bisa berupa e-book dan jurnal internasional berbentuk pdf," katanya.
Pentingnya bahan bacaan untuk mahasiswa seharusnya menjadi prioritas utama pihak kampus. Bahan bacaan seharusnya tidak hanya berupa buku, apalagi skripsi sebagai bahan rujukan utama. Perlunya jurnal yang di-buku-kan untuk membantu mahasiswa memahami problematika masyarakat yang lebih baru (up to date). Tidak hanya kewajiban untuk pengadaan buku, tapi juga akses menuju buku tersebut harus dipermudah, apalagi setelah menyandang Kampus Terbaik peringkat ke-49 se-Indonesia. Dengan membaca buku, mahasiswa akan dilatih untuk berdialektika dan menumbuhkan pikiran kritis.
(Fasya, Anisa, Alifa)
Beri Komentar