Festival Kampung Kota, Sebagai Bentuk Perlawanan
Suasana Festival Kampung Kota saat acara pembacaan puisi di Lapangan Balai RW Dago Elos, Minggu (26/11). |
pasoendan.co-- "Bandung tidak akan diam melawan penggusuran," kata Heri Sutrisna aktivis kemanusiaan dalam Festival Kampung Kota di Lapangan Balai RW Dago Elos, Bandung pada minggu, 26 November 2017.
Festival Kampung Kota ini merupakan bentuk perlawanan yang mengambil jalan mengubah titik konflik menjadi ruang interaksi sosial dalam bentuk mimbar bebas, serta mengoptimalisasi kembali ruang dan kantung-kantung komunitas yang urung-tugur dari gempuran kapitalisme.
"Sasaran festival kampung kota ini adalah warga bandung serta kami ingin membuat sebuah project untuk kawan-kawan di luar kota bandung yang melawan penggusuran," ujar Heri saat di wawancarai BPPM Pasoendan.
Acara ini juga bertujuan untuk mem-branding isu yang lebih besar tentang perjuangan melawan penggusuran di beberapa daerah di kota Bandung. Mengingat kota bandung dengan luas 167,7 km ini disulap menjadi episentrum jasa di bawah bendera MP3EI dan RPJMN.
Salah seorang pengunjung festival, Samuel Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) mengungkapkan bahwa acara Festival Kampung Kota ini cukup baik dan edukatif. "Acaranya bagus dan sangat edukatif, semoga banyak mahasiswa yang datang dan berita soal acara ini bisa tersebar luas," ujarnya.
Festival Kampung Kota dimulai dari tanggal 26 November - 24 Desember 2017. Terdapat gigs, forum diskusi, bincang-bincang, bedah buku, lapak buku, pameran fotografi kampung kota, malam baca puisi, pementasan teater, workshop, dan pemutaran film.
Pada 26 November kemarin telah dilaksanakan pemutaran film Dokumenter Perjuangan Warga Kebon Jeruk,Warga Dago Elos dan Film Dokumentasi Korban Waduk Jatigede 'yang belum tuntas'. selain itu, diadakan arak-arakan warga dan mimbar bebas solidaritas. Acara ini dimulai sejak pukul 15.30-23.00 WIB.
(Alifa, Zul)
Beri Komentar