Peran Mahasiswa dan Realita Saat Ini
Potret aksi pergerakan mahasiswa tahun 1998 melawan rezim Soeharto.
Opini, Aslam-- Mahasiswa
merupakan salah satu elemen bangsa yang memiliki peran cukup penting
yang kerap melahirkan pemikiran dan gerakan menuju perubahan dan
kemajuan bangsa ini. Jika menilik sejarah yang sebelumnya pernah terjadi
di Indonesia sejak momentum Kebangkitan Nasional yang memicu munculnya
organisasi pemuda dari 1908, hingga detik ini peran kaum terpelajar cukup vital dalam terjadinya berbagai revolusi di negeri ini.
Tidak
ada yang bisa menyangkal peran mahasiswa dalam berbagai perubahan yang
mana mahasiswa sebagai motor penggerak. Keinginan yang kuat untuk
menjadi motor penggerak perubahan dan keberpihakan serta kepedulian yang
tinggi terhadap rakyat, menjadi pemicu lahirnya gerakan mahasiswa.
Ambil
contoh, runtuhnya orde baru yang menjadi era reformasi dimana ribuan
mahasiswa yang sadar akan keadaan pun bergerak demi bangsa. Idealisme
dan nurani menggerakan jiwa dan raga para mahasiswa untuk menjadi agen
perubahan yang menuntut reformasi saat rezim Soeharto yang kala itu
dilanda krisis moneter. Pemerintahan Soeharto pun kian disorot setelah
'Tragedi Trisakti' pada 12 Mei 1998 yang kemudian semakin membakar
semangat mahasiswa untuk memaksa Soeahrto untuk turun dari jabatannya.
Mahasiswa
sebagai middle class juga memiliki peran untuk menyambungkan aspirasi
kalangan low class yang seringkali tidak memperoleh keadilan akibat
pembodohan dan ketidak-adilan yang dilakukan oleh pemimpin bangsa ini.
Sikap kritis mahasiswa sering membuat sebuah perubahan besar dan membuat
para pemimpin yang tidak berkompeten menjadi gerah dan cemas.
Mahasiswa
juga sebagai pengendali sosial terjadi ketika ada yang ganjil dan tidak
beres dalam lingkungan sekitarnya. Sudah layaknya mahasiswa memberontak
terhadap kebusukan-kebusukan birokrasi yang selama ini kerap dianggap
tidak terlalu penting.
Bibit
pesimisme yang ditanam oleh para pemimpin berhasil menjadi dogma yang
dimana saat ini kita sudah mulai jarang menemukan peran mahasiswa
seperti yang disebutkan dalam alinea diatas. Kita tidak lagi sering
menemukan mahasiswa sebagai Agent of Change dan Social Control karena
peran mahasiswa kini tak lebih hanya sebagai bibit buruh yang
perjuangannya memperoleh nilai tinggi, lulus cepat dan bekerja di
perusahaan.
Sekarang ini
tidak banyak mahasiswa yang mau bersuara vokal menentang ketidak-beresan
yang terjadi di sekitarnya. Sikap apatis yang kini menjadi paradigma
seakan bertolak belakang dengan peran-peran mahasiswa yang membangun
bangsa ini sejak proklamasi kemerdekaan.
Mayoritas mahasiswa sekarang selalu mengutamakan kepentingan dan kesenangan diri
mereka sendiri dibandingkan dengan kewajiban dan tanggung jawab mereka
dalam peran sebagai mahasiswa. Hanya sebagian kecil dari jutaan mahasiswa yang mau memberikan pengabdian mereka kepada masyarakat
sementara mahasiswa lainnya kebanyakan bersifat apatis, lebih
mementingkan diri mereka sendiri.
Sadarlah
hai mahasiswa yang meneriakkan SUMPAH MAHASISWA pasca masa orientasi
untuk perubahan dan perbaikan bangsa yang menentang penindasan,
ketidakadilan, dan kebohongan di negeri ini. Masih banyak rakyat yang
ditindas, tidak memperoleh keadilan dan dibohongi oleh birokrasi dan
pemimpin yang berkuasa saat ini.
Kembalilah mahasiswa sebagai perannya untuk menjadi pemikir, pencetus, penggerak
kemajuan bangsa, solusi bagi kesimpangsiuran dan cinta kepada setiap
elemen bangsa terutama rakyat Indonesia itu sendiri.
Aslam Rizal
Ilmu Hubungan Internasional
FISIP Unpas
Beri Komentar