Header Ads

Makan di Tanah, Ini Tanggapan Aktivis Pramuka Bandung



Lengkong Besar, BPPM – Siapa yang tidak tahu berita mengenai anggota pramuka yang makan di atas tanah yang sempat heboh di masyarakat Indonesia, yang terjadi di Tangerang Banten pada 25 Maret 2017. Kabar ini pun ditanggapi langsung oleh Nendi Rohaedi salah satu aktivis pramuka Bandung saat di temui di SD Negeri Audiya Bandung.

“Menurut saya secara umum ketika Pramuka cabang Banten meminta maaf berati sudah termasuk kekeliruan, itu dilakukan karena ada salah satu anggota diklat yang melanggar aturan (tata tertib-red) hingga akhirnya diberi sanksi oleh panitia," ujar Nendi saat diwawancarai oleh BPPM Pasoendan, Kamis (28/4).

Ia mengatakan bahwa makan bersama  dalam Pramuka merupakan hal yang wajar, namun kegiatan yang berlangsung kemarin adalah tindakan yang tidak manusiawi.

Related image

"Dalam istilahnya makan rimba dalam pramuka sah-sah saja tapi akhirnya bila makan beralaskan tanah itu jadi tidak manusiawi, makan rimba itu kita biasanya beralaskan daun pisang, jadi menurut saya bahwa tindakan itu sebuah kekeliruan dan tidak manusiawi,” katanya.

Nendi menyayangkan sanksi yang diberikan kepada anggota pramuka itu sangat tidak pantas. Sebaiknya sebuah sanksi lebih diarahkan untuk membentuk karakter anggota menjadi lebih baik baik, beriman, bertaqwa serta dapat menumbuhkan rasa kebersamaan di antara anggota.

"Setelah adanya permintaan maaf dari pihak Kwartil Cabang Tanggerang dan Kwartil Nasional diharap kejadian yang seperti itu tidak terjadi lagi untuk ke depannya," pungkasnya.

Pernyataan yang sama di ungkapkan oleh Ahmad Syarif selaku Bendahara Pramuka Universitas Pasudan Bandung, bahwa sanksi terhadap pramuka itu tak manusiawi, seharusnya apabila pada saat makan bersama harus beralaskan daun pisang atau kertas nasi untuk menghidarkan dari terkenanya makanan ke tanah langsung.

“Di Unpas sendiri pendidikannya itu sendiri tak seperti di tanggerang, kami makan bersama tak beralaskan tanah langsung tetapi menggunakan kertas atau daun pisang, Bahkan kami membekalin anggota dengan kemampuan bertahan mandiri”.

Ahmad Syarif pun menambahkan sebisa mungkin jangan sampai terulang lagi kejadiaan yang sama di pramuka, pendidikannya harus mendidik dan manusiawi untuk membentuk karakter seseorang menjadi lebih baik.

Dengan kejadiaan ini bisa jadi pembelajaran bahwa mendidik seseorang untuk membentuk karakter bukan dengan hukuman yang tidak manusiawi tetapi dengan cara memberi sanksi yang lebih mendidik. Seandainya di biarkan terus kebiasaan ini akan turun-temurun dari generasi ke generasi. Secara otomatis akan menimbulkan karakter yang brutal bukan berintelektual.

(Dani Setia, Reno Repti)         

Tidak ada komentar