Wifi Kampus Mati karena Biang Mesum, Aneh!
Opini, Dafa – Wifi merupakan salah satu fasilitas yang ada di FISIP Unpas untuk memudahkan mahasiswa dalam mengerjakan tugas atau sebagai media pembantu dalam mencari referensi beragam diskusi. Tetapi apa jadinya jika fasilitas ini mulai dibatasi aksesnya? Ya, sekarang setelah pukul 18.00 WIB wifi dinonaktifkan oleh pihak kampus. Apakah kalian tahu apa alasan FISIP Unpas membatasi jam penggunaannya oleh mahasiswa?
Sebelumnya, mahasiswa menganggap pemutusan akses wifi mulai pukul enam sore itu adalah upaya kampus untuk menerapkan jam malam supaya tidak ada aktivitas mahasiswa di malam hari. Tapi ternyata anggapan itu salah, alasan wifi diputus malam hari rupanya berawal dari laporan petugas bahwa pernah ada oknum muda-mudi yang mesum di area kampus FISIP Unpas.
Selain soal mesum, ternyata di kampus pun pernah ditemukan banyak botol minuman keras oleh petugas kebersihan kampus tapi tidak jelas siapa kali ini para pemabuk itu. Tapi yang jelas, saya menulis opini bukan untuk menjelaskan bagaiamana kronologi kejadian. Tapi justru saya ingin menanggapi kebijakan kampus yang lebih memilih memutuskan jaringan wifi malam hari di kampus.
Oke, saya paham mungkin kampus memutuskan jaringan wifi malam hari karena berpikir bahwa wifi telah mendorong mahasiswa untuk nongkrong di sejumlah area kampus. Apalagi wifi di Unpas Lengkong ini gratis dan bisa dinikmati siapa saja. Tapi bagi saya, alasan seperti tentu tidak bisa diterima. Saya yakin mahasiswa akan sependapat dengan tulisan ini.
Pihak kampus mungkin beranggapan dengan menonaktifkan wifi mulai maghrib ini akan mendorong mahasiswa supaya pulang lebih awal, sekaligus dianggap bisa memberantas perilaku mesum di area kampus. Tapi coba pikirkan, apakah keputusan itu benar-benar efektif menghilangkan perilaku mesum di area kampus?
Masalah semua ini berasal dari adanya oknum muda-mudi yang berbuat mesum di area kampus FISIP Unpas. Karena aksi bejat mereka, kita tak lagi bisa menikmati wifi malam hari. Pikirkan, apakah ini salah wifi? Sederhananya, wifi menciptakan anak nongkrong, tapi tolong anak nongkrong belum tentu menciptakan perbuatan mesum. Apalagi kalau diawasi pihak keamanan kampus, tidak mungkin terjadi.
Sebenarnya dengan memutus akses wifi mulai pukul enam sore secara otomotis justru telah memotong hak mahasiswa dalam menggunakan fasilitas di kampus FISIP Unpas. Apalagi di tengah biaya DPP yang selalu naik tiap tahunnya. Mahasiswa dirugikan dalam hal ini. Mahasiswa tidak bisa berkembang di era digital ini.
Mahasiswa memerlukan akses wifi untuk memenuhi kebutuhan yang sekarang dianggap primer ini. Apabila tak ada fasilitas wifi, maka mahasiswa tentu tak merasa nyaman berada di kampus. Tak merasa bebas berselancar maya di kampus.
Jadi sekali lagi, alasan kampus mematikan wifi supaya tidak ada yang nongkrong itu adalah keputusan yang tidak bijaksana. Alasan itu mungkin saja bisa kita terima kalau memang semua mahasiswa yang nongkrong di kampus kemudian melakukan mesum. Tapi kenyataan kan tidak berkata seperti itu.
Yang justru jadi pertanyaan adalah, pihak keamanan kampus yang kurang optimal sampai-sampai oknum muda-mudi bisa melakukan mesum di kampus? Apakah mereka tidak berpatroli? Atau tidak memantau CCTV? Coba bayangkan jika para penjaga malam ini berkeliling menyisir seluruh area kampus, pasti tindakan asusila atau kriminal di kampus bisa ditekan.
Yang mengherankan lagi, kok bisa aksi mesum tidak terekam CCTV kampus, padahal pihak Dekanat mengatakan CCTV terpasang di seluruh titik di kampus. Seandainnya CCTV digunakan tentu bakal ketahuan oknum tersebut melakukan perbuatan bejatnya dan pihak keamanan bisa turun ke-TKP langsung. CCTV tidak mampu mendeteksi, dan oknum mesum hanya meninggalkan barang bukti, entahlah, mahasiswa silahkan menilai siapa yang harus bertanggung jawab sampai hal ini bisa terjadi. Kampus?
Menemukan oknum pelaku mesum bukan dengan cara memotong koneksi wifi melainkan pihak kampus harus meningkatkan sisi keamanan. Diantaranya dengan CCTV, maka pihak keamanan akan mudah memonitoring area kampus terutama yang digunakan oleh tukang nongkrong. Bagaimana bisa tahu bahwa nongrong itu positif atau negatif apabila tak ada pengawasan dari pihak kampus?
Memotong jaringan wifi untuk memberantas tindakan asusila atau kriminal, ibarat kampus yang sedang memotong tangan padahal penyakitnya ada di kuku. Masalahnya adalah kurang pengawasan tapi kenapa wifi yang disalahkan?
Aktifkan kembali wifi karena itu hak bagi seluruh mahasiswa FISIP Unpas. Wifi sudah menjadi kebutuhan primer dalam berinternet dan terlebih lagi mahasiswa telah menunaikan kewajibannya dengan membayar DPP maka wajar mahasiswa akan meminta haknya. Kampus menuntut mahasiswa membayar kewajibannya, tapi mahasiswa harus diberi hak yang sesuai oleh kampus baik dalam aspek pendidikan maupun fasilitas. Karena cara kampus melayani lah yang akan memberi kenyamanan terhadap mahasiswa supaya tak merasa menyesal telah membayar kewajiban untuk kampus.
Dafa Rahmatullah
Ilmu Komunikasi 2016
FISIP Unpas
Beri Komentar