Pertukaran Mahasiswa Unpas atau Pertukaran Alumnus Unpas?
Opini, RS -- Dalam tulisan ini saya tidak bermaksud menjelek-jelekan apalagi menjatuhkan salah satu pihak. Akan tetapi dalam tulisan ini, saya hanya mencoba untuk mengungkapkan realitas yang tengah terjadi dikampus kita. Dan saya selaku penulis memiliki harapan besar dari tulisan yang terlihat agak sepele ini, semoga dapat memberikan perubahan baik bagi kemajuan kampus kita.
Mengutip berita dari website resmi Universitas Pasundan pada tanggal 21 Februari 2016 soal pertukaran pelajar[1] yang di dalam berita dituliskan bahwa status orang tersebut adalah 'Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Pasundan'. Dan fakta yang sesungguhnya adalah orang bersangkutan bukan lagi mahasiswa, karena telah melaksanakan Sidang Wisuda Gelombang II yang dilaksanan pada 12 Februari 2017, yang bertempat di Sasana Budaya Ganesha, dengan nilai IPK 3,19 atau dapat dilihat disini[2]. Dan lucunya lagi, status kelulusan telah hilang disitus akademik, entah memang sengaja dihapus atau memang karena telah lama. Sayapun kurang paham. Tetapi untungnya masih ada yang menyimpan data kelulusan orang tersebut.
Sejujurnya saya tidak mempermasalahkan kehebatan orang tersebut, baik secara akademik, pengalaman organisasi, dan relasi. Akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah mengenai keterbukaan informasi Pertukaran Mahasiswa. Sehingga dari informasi yang menurut saya awalnya berguna kini tak berguna lagi, karena UNPAS hanya memberikan informasi tentang orang yang sudah berangkat, bukan informasi peluang bagi mahasiswa yang ingin berangkat. Sehingga dari kejadian ini memunculkan hal-hal yang terasa amat ganjil, yang berujung pada pertanyaan, opini, spekulasi, dan apapun namanya. Berikut saya paparkan,
Pertama, Berdasarkan kejadian diatas, apakah bisa disebut sebagai pertukaran mahasiswa, Sementara sudah saya sebutkan bahwa orang tersebut saat ini berstatus sebagai alumnus? Jika memang bisa alumnus melakukan pertukaran mahasiswa, saya memohon meminta penjelasan aturan mainnya. Jika tidak ada, maka saya berharap Pertukaran Mahasiswa ini diganti namanya dengan Pertukaran Alumnus.
Kedua, Apakah ada jaminan bahwa orang tersebut akan memberikan ilmu yang pengalamannya diluar negeri kepada kawan-kawannya yang lain selaku mahasiswa? Bukankah sulit bagi kita selaku mahasiswa untuk mendapatkan ilmu dan pengalamannya dari kawan kita ini, apalagi saat ini status kawan kita ini sudah alumnus.
Ketiga, Melihat informasi yang bisa dibilang agak tertutup seperti diatas. Apakah hal tersebut sudah bisa disebut adil? Jika kampus memilih mahasiswa secara akademik, maka saya rasa banyak mahasiswa dan mahasiswi terbaik Universitas Pasundan yang telah mengharumkan nama besar kampus, baik didalam dan diluar negeri. Dan jika kampus memilih mahasiswa karena keaktifan dan loyalitasnya di Organisasi, maka saya rasa banyak juga mahasiswa yang seperti itu, bahkan jika kita mau membandingkan masih ada aktivis dikampus kita yang rela megorbankan waktu kelulusannya demi mengabdikan dirinya bagi bangsa dan almamater, yang padahal orang-orang tersebut baik secara akademik. Lalu mengapa yang lain tidak diberi rekomenasi serupa? Jika memang rekomendasi bertujuan untuk memberi apresiasi.
Dari ketiga hal tersebut, memunculkan keganjilan baru yang mempertanyakan: Ada apa Rektor UNPAS dengan orang tersebut, sehingga orang tersebut mendapatkan rekomendasi dan yang lain tidak? Melihat bahwa orang tersebut sebelum berangkat pernah menjabat sebagai Ketua Umum DPM UNPAS (Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Pasundan) Periode 2015-2016 meskipun jarang terlihat jelas keberadaannya saat menjadi ketua. Lalu jika orang tersebut adalah hasil rekomendasi, apa yang menjadi landasan utama dari hasil rekomendasi tersebut? Atau apakah mungkin ada kontrak politik antara orang tersebut dengan Kampus sehingga Pertukaran Mahasiswa ke luar negeri adalah bagian dari kesepakatan, atau apakah mungkin Pertukaran Mahasiswa keluar negeri adalah alat untuk mengkadali mahasiswa baru, melihat saat ini adalah Pendaftaran Mahasiswa Baru Gelombang I sehingga UNPAS mendapatkan kesan kampus terbaik oleh calon adik-adik kita karena melakukan Pertukaran Mahasiswa keluar negeri yang dalam realitasnya Pertukaran Mahasiswa keluar negeri dalam waktu 1 adalah tahun apresiasi yang agak langka di kampus kita.
Entahlah, saya tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Karena yang mengetahui kebenaran hanyalah Tuhan, Kampus, dan orang yang saat ini diluar negeri. Mengutip salah satu ucapan mantan aktivis Tritura Soe Hok Gie: Bagi saya kebenaran walaupun bagaimana sakitnya adalah lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tidak perlu merasa malu dengan kekurang-kuranganan kita.[4] Dari isi kutipan tersebut saya hanya berharap yang terbaik bagi tempat saya menimba ilmu dan atas dasar kepedulian supaya kampus menjadi lebih baik.
RS
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi 2013
FKIP Unpas
REFERENSI:
[1] http://www.unpas.ac.id/didit-hari-kuswanto-mahasiswa-unpas-ikut-pertukaran-mahasiswa-polandia/ Didit Hari Kuswanto, Mahasiswa UNPAS ikuti Pertukaran Mahasiswa di Polandia. Diakses pada 27 Februari 2017.
[2] https://www.instagram.com/p/BQaW1lWDPqR/?taken-by=bemfkipunpasbandung&hl=id , Wisudawan Terbaik Gelombang II FKIP UNPAS. Diakses pada 4 Maret 2017.
[3] http://pmb.unpas.ac.id/wp-content/uploads/2017/01/brosur-Unpas-2017.pdf , Brosur UNPAS 2017. Diakses pada 5 Maret 2017.
[4] Stanley & Santoso, Aris. 2005. Soe Hok Gie : Zaman Peralihan, Jakarta : Gagas Media
Kebetulan Nemu artikel ini..jd ada gambaran.sebelumnya udh pernah tanya2 ke pihak kampus belum teh tentang gimana pertukaran mahasiswa d Unpas?
BalasHapus