Hal-Hal Yang Dirasakan Mahasiswa Ketika di Perantauan
Ilustrasi |
BPPM-- Pasti ada diantara agan-agan semua yang merantau di Kota atau Negara lain yang bukan tanah kelahiran agan-agan semua. Dan berikut merupakan hal-hal yang ane rasakan ketika sedang ada dirantau untuk traveling, study, atau kerjaan. Mungkin agan-agan juga merasakan hal-hal sebagai berikut
1. Orang yang berasal dari kota atau negara asal kita adalah keluarga
Untuk di Indonesia jika agan merantau ke Kota Lain yang jauh dari kota agan misalkan : Agan orang sumatera Selatan dan Merantau ke Jawa Kota Yogyakarta, Maka agan akan merasakan jika orang dari sumatera Selatan yang agan temui di Jawa Kota Yogyakarta Merupakan Keluarga agan yang Jauh. Begitu juga jika agan sedang berada di Rantau di Negara lain, Ketika agan bertemu dengan orang yang berasal dari Indonesia agan akan merasakan kalau orang itu merupakan keluarga jauh agan.
Kenapa agan merasa seperti ini? Kemungkinan karena agan merasa orang itu sama-sama berada di situasi yang sama dengan agan
2. Merasa Terasingkan Karena "Roaming" Bahasa
Agan merasa terasingkan oleh orang-orang sekitar karena tidak mengerti atau paham terhadap apa yang mereka katakan disini ane menggunakan umpama roaming bahasa. Hal ini emang jarang agan rasakan, tapi jika agan sedang berada di rantau dan berada di tempat yang ramai (tempat nongkrong dsb) ditambah agan sedang sendirian maka agan akan merasakan hal seperti ini. Agan tidak mengerti apa yang mereka katakan dan merasa terasing. Hal ini berlaku untuk Perantau di Indonesia dan di luar Indonesia.
Bagaimana cara menanggulanginya? Jika agan orang yang supel dan bisa berbahasa Indonesia (jika di Indonesia) dan bisa bahasa inggris (jika di luar indonesia), selamat agan bisa keluar dari perasaan ini dengan cara ikut ngobrol dengan mereka dengan menannyakan sesuatu atau nimbrung. Tapi ini akan kacau jika orang yang ingin agan ikutin obrolannya tidak bisa bahasa indonesia atau bahasa inggris
3. Tidak ada uang, tidak bisa makan
Ketika agan di rantau, uang adalah segalanya yang membuat agan bertahan hidup. Apalagi jika agan di rantau dan tidak/belum mempunyai teman di kota perantauan agan. Tidak ada uang agan tidak bisa makan. Bagi yang tinggal dengan keluarga atau orang tua pasti tidak pernah merasakan hal ini, tetapi bagi yang tinggal di perantauan mayoritas pernah merasakan hal ini.
Lantas bagaimana solusi menanggulanginya? Agan diwajibkan untuk hemat uang yang agan punya, jika memang tidak bisa hemat agan bisa menggadaikan atau menjual barang-barang agan (ane tidak menyarankan saran ini). Cara yang paling aman adalah, meminjam uang dengan teman-teman agan di kota perantauan tersebut jika agan mempunyai teman tetapi jika tidak mempunyai teman agan bisa minta tolong dengan keluarga atau teman jauh agan untuk mengirimkan/meminjamkan uang.
4. Merasakan Kebebasan
Ketika agan di rantau, agan merasa bebas melakukan apa saja karena tidak ada peraturan apapun seperti di rumah. Aganlah yang membuat peraturan agan sendiri. Agan bisa mengambil jalan baik ke kanan seperti yang telah diamanatkan ke agan di perantauan, atau agan bisa mengambil jalan buruk ke kiri seperti yang agan inginkan atau perasaan penasaran agan.
Tapi, ingat gan kebebasan ini bisa menjadi bumerang sendiri buat agan-agan yang diperantauan. Karena agan yang membuat peraturan sendiri untuk agan, banyak orang terlena dengan kebebasan ini yang malah berakibat buruk dan sangat besar. Tidak perlu ane contohkan apa akibatnya, agan dan aganwati semua pasti udah tahu maksud ane.
5. Ketika agan sakit, agan merasa sangat tersiksa seorang diri
Jika agan sedang berada di rantau dan agan merupakan seorang penyendiri, maka hal ini yang kemungkinan besar agan rasakan. Ketika agan sedang sakit dan tidak ingin merepotkan atau membuat khawatir orang lain agan lebih memilih untuk istirahat atau mengurung diri di kamar berharap cepat sembuh walau hal ini menyiksa agan sendiri.
Tapi jika agan tipe perantau yang terbuka, agan mungkin tidak merasakan hal ini. karena jika agan sakit, agan akan minta tolong kepada teman agan untuk mengantar ke dokter, minta dikerokin dan sebagainya. Karena agan orang yang terbuka dengan orang lain dan agan bersedia merepotkan atau berhutang budi kepada orang lain dan menolak untuk membuat khawatir keluarga.
Jika agan tipe perantau yang manja, agan kemungkinan akan menelepon keluarga agan yang jauh di Kota asal dan "mengadu" atau "mengeluh" kalau agan sedang sakit dan akhirnya membuat khawatir keluarga agan di kota asal sana. (Ane pribadi menyaranakan agan dan aganwati tidak seperti ini)
6. Di Rantau Homesick, Di Rumah Rindu Perantauan
Ketika kita di perantauan, kita pasti rindu dengan rumah kita, keluarga kita disana, suasana yang kita dialamin di rumah dan sebagainya. Malah terkadang ingin cepat-cepat kelar perantauan biar bisa pulang kerumah. Hal ini sangat wajar dialami oleh semua perantau
Tapi, terkadang jika kita udah pulang kerumah atau kampung halaman sebaliknya kita malah rindu dengan perantauan kita baik itu aktivitas kita selama perantauan, makanan di perantauan, wisata dan sebagainya. Hal ini terjadi karena semua aktivitas kita di perantauan tidak bisa dilakukan atau berbeda dengan aktivitas kita selama di rumah.
7. Tidak tahu jalan, buta arah dan tersesat
Hal ini hampir di alami oleh semua perantau, baik itu perantau di dalam maupun di luar negeri. Ketika pertama kali tiba di kota perantauan, kita tidak tahu jalan atau arah ketika kita ingin mengunjungi suatu tempat. Solusinya cukup nanya jalan aja gan
8. Makanan beda lidah, budaya, agama
Hal ini juga pasti di alami oleh semua perantau yang berbeda pulau jika di Indonesia dan perantau yang merantau di luar indonesia yang berbeda dengan budaya atau agamanya. Ane pribadi ketika pertama kali tiba di kota perantauan ane, selalu mencari makanan yang pedas-pedas atau nasi padang. karena ane susah adaptasi dengan makanan di kota perantauan ane yang cenderung manis semua. tapi setelah berbulan-bulan ane bisa adaptasi dan gak pilih-pilih makanan lagi. (Angga/Kaskus)
Beri Komentar