OPMB Hanya Dihadiri Setengah Jumlah Mahasiswa Baru, Konsepnya Dianggap Kuno
Lengkong besar, BPPM – Orientasi Pengenalan Mahasiswa Baru (OPMB) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) telah selesai dilaksanakan dengan lancar. Namun, kegiatan yang ditujukan untuk pengenalan kampus tersebut hanya diikuti oleh setengah dari mahasiswa baru (maba).
Dari total 1126 maba yang diterima FISIP, OPMB hanya diikuti oleh 622 orang dihari pertama, dan menurun menjadi 544 orang di hari kedua. Hal tersebut disebabkan berbagai hal, salah satunya karena maba yang keberatan dengan konsep pelaksanaan OPMB.
Sejumlah maba mengeluhkan jumlah pengeluaran yang dibutuhkan untuk mengikuti OPMB, rambut harus digunduli dan keberadaan tata tertib (tatib). Seperti Agus Sohabudin (AN’15) yang mengeluhkan harus membeli banyak makanan untuk OPMB.
“Makanan yang harus dibawa terlalu banyak, apalagi satu barang ada dua. Satu buat kita, satu lagi buat panitia. Bisa mencapai dua ratus ribu seharinya,” ungkapnya.
Sedangkan Diky Fauzan (IK’15) berkomentar jika peraturan yang mewajibkan rambut gundul mempengaruhi ketidakhadiran maba. “Rambut gak usah dibotaki jadinya banyak yang enggak datang cuma gara-gara rambut. Padahal mereka niat ospek, paling dirapihin aja,” ujarnya.
Selain itu, Angga Danu Fadhil Irawan (HI’15) berpendapat OPMB masih memakai konsep yang kuno. Menurutnya, konsep OPMB FISIP Unpas hanya mengikuti konsep ospek yang sering dilakukan di Indonesia. Ia menginginkan adanya konsep baru. "Bukan malah disuruh bawa ini dan itu," katanya.
Sejumlah mahasiswa baru berharap adanya konsep OPMN dengan pendekatan yang tidak sekadar ditujukan untuk membentuk karakter yang keras. "Anak muda sekarang kan enggak suka dikerasin. Contohnya adopsi cara ospek orang barat yang lebih persuasif, misalnya bakti sosial. Jadi gimana kita berekspresi tapi dasarnya sosial,” ungkap Angga.
Ketua Pelaksana OPMB FISIP Unpas, Jeni Santika (IK'12) memberi tanggapan atas berbagai respon mahasiswa baru. Ia menerima kritikan mahasiswa dan menganggap hal tersebut adalah wajar. Namun pihaknya meminta seluruh pihak untuk tetap mendukung upaya panitia dalam menyelenggarakan OPMB. "Itu wajar, tapi kalau mau merubah itu semua kita perlu bertahap karena tidak mungkin kita bisa ubah sekaligus," katanya.
Mengenai jumlah peserta OPMB yang menurut drastis, Jeni pun mengaku kecewa dengan sedikitnya antusiasme mahasiswa baru. "Kecewa pasti ada karena memang turunya drastis," tambah Jeni.
Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Sumardhani, mengatakan turunnya peserta OPMB bukanlah suatu masalah. "Kalaupun umpamanya 600 mahasiswa yang ikut tidak masalah,” tuturnya.
Ia mengatakan jika OPMB tahun ini tidak hanya selesai di enam hari kemarin. Maba 2015 akan diberikan masa bimbingan tambahan di semester pertama. “Banyaknya ada tiga pertemuan. Satu pertemuan dengan pimpinan jurusan, dan dengan alumni untuk memberikan testimoni-testimoni,” katanya.
Kendati tidak menemui masalah yang berarti, Sumardhani beserta Wakil Dekan III seluruh Fakultas di Unpas berencana akan menggelar rapat evaluasi OPMB termasuk membahas konsep ospek dalam penilaian relevansi zaman. "Apakah konsep ospek yang seperti ini masih relevan atau tidak,” ujarnya.
Ketika ditanya soal tatib, ia mengatakan jika mentalitas anak sekarang sudah berbeda dengan zaman dulu. “Beda sama zamannya bapak. Harus dibagaimakan makanya kita bersepakat dengan wakil dekan se-Unpas, kedepan nanti akan sama dengan Fakultas Hukum, steering comittee itu dosen, Ketua Pelaksanaannya mahasiswa, yang jadi koordinatornya dosen,” tutupnya. (Friska, Ruli)
Beri Komentar