Header Ads

Eid Mubarak, Meraih Taqwa Melalui Ibadah Qurban


Opini, Irfan -- Hari Raya Idul Adha tinggal menghitung hari, sebentar lagi kita menyambut hari di mana umat muslim seluruh dunia melaksakan shalat Idul Adha secara bersamaan, termasuk juga Rektor, Dekan, Dosen dan para mahasiswa muslim di Universitas Pasundan.

Terlepas dari semua itu ibadah qurban itu hukumnya sunnah muakad, yang artinya sunnah yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Dilihat dari sejarah Idul Qurban yakni pada masa nabi Ibrahim AS beliau rela mengorbankan putranya Nabi Ismail untuk disembelih atau diqurbankan karena perintah Allah SWT. Jadi kesimpulannya begitu besar nilai kecintaan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT sampai rela mengorbankan anaknya sendiri demi perintah dan ketaatan pada Allah SWT.

Di dalam Al-Quran dan assunah juga sudah diterangakan bahwa ibadah qurban itu banyak manfaatnya serta banyak pahalanya. Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW ‘’dari Zaid bin Arqam, ia berkata; saya berkata atau mereka bertanya kepada Rasulullah SAW, "Wahai rasulullah , untuk apakah hewan qurban ini?” beliau menjawab, "yaitu sunnah bapak kalian Ibrahim," mereka bertanya lagi, "lalu kebaikan apakah yang kami peroleh dari nya?” beliau menjawab, "Setiap helai dari bulunya adalah kebaikan,” mereka bertanya lagi, "bagaimanakah dengan domba?” beliau menjawab, "setiap helai bulu domba itu adalah bernilai satu kebaikan,” {HR.Ahmad, Ibnu Majah , Al-Hakim, dia berkata isnadnya shahih}

Dalam riwayat lain menyebutkan dari Aisyah r.a bahwa nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "tidak ada amalan yang dikerjakan anak adam ketika hari (raya) kurban yang lebih dicintai Allah dari mengalirkan darah (berqurban), sesungguh nya pada hari kiamat ia akan datang dengan tanduk-tanduknya dan bulu-bulunya dan sesunguhnya darah tersebut akan sampai kepada Allah SWT sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengan-Nya.”{HR, Ibnu Majah, At-Tirmidzi, Al-hakim berkata isnad nya shahih}

Sudah jelas disebutkan dalam beberapa hadist nabi bahwa berquban itu sangat banyak pahalanyanya dan sangat besar manfaatnya. Jadi kita sebagai umat muslim, marilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan dan saling mengingatkan antara satu sama lain.

Akan tetapi apabila kita ingin berqurban kita seharusnya melihat situasi dan kondisi kita terlebih dahulu dan janganlah terlalu memaksakan ingin berqurban sampai meninggalkan hal-hal yang wajib kita prioritaskan terlebih dahulu.

Memang ibadah qurban itu sangat dianjurkan akan tetapi dalam catatan bagi setiap muslim yang mampu melaksanakannya, apa lagi sekarang harga satu ekor sapi dipasaran dengan berat -/+ 300 kilogram dibandrol dengan harga Rp. 16.000.000, sedangkan harga satu ekor domba dengan berat 25-30 kilogram dibandrol dengan harga Rp. 1.800.000. Sungguh sangat fantastis harga yang di tawarkan para penjual hewan qurban tersebut.

Bagi umat yang kemampuan ekonominya menengah ke atas itu suatu harga yang biasa, sedangkan  bagi yang ekonominya menengah ke bawah itu harga yang sangat luar biasa mahalnya. Bukan berarti bagi umat dengan ekonomi menengah ke bawah tidak bisa mendapat pahala dari ibadah qurban tersebut. Tentu sangat bisa, yaitu dengan cara membantu atau mengurusi hewan qurban tersebut dari mulai penyembelihan sampai membagikannya untuk warga yang berhak disekitarnya.

Jadi kesimpulannya adalah menyembelih qurban adalah suatu ibadah yang amat sangat mulia dan merupakan salah satu bentuk pendekatan diri pada Allah SWT. Bahkan, seringkali ibadah qurban di gandengkan dengan ibadah shalat. Allah SWT berfirman, “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah {QS Al-Kautsar : 02}.

Maka yang ingin dicapai dari ibadah qurban tersebut adalah untuk mencapai keikhlasan, keridhaan, dan ketaqwaan dari Allah SWT, dan bukan untuk mengharapkan pujian dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Maka dari itu, inilah yang seharusnya jadi motivasi kita untuk berbuat kebaikan kepada sesama kaum muslimin yang lainnya, saling membantu dan saling, mendoakan sehingga kita mendapatkan derajat ketaqwaan yang lebih tinggi dari Allah SWT.

Oleh Irfan Fahmi
Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2015
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan

Tidak ada komentar