Mahasiswa Mental Kerupuk
Opini, Yudha -- Ada realitas tak terbantahkan yang menunjukkan tidak semua mahasiswa memiliki ketersadaran dan keterlibatan dengan gerakan mahasiswa. Hal ini disebabkan mahasiswa Indonesia terhinggapi virus pragmatisme dan apatisme. Di sisi lain, sistem pendidikan yang berlaku cenderung mendukung tersebarnya virus pragmatisme dan apatisme karena sepertinya hanya membentuk mahasiswa yang pintar dan terampil serta berorientasi kerja untuk memenuhi permintaan pasar. Virus ini telah sukses menggiring mahasiswa ke sisi tragis mahasiswa. Tragis, karena virus ini telah berhasil “membunuh” atau setidaknya “membonsai” karakter khas mahasiswa, yakni idealisme dan daya kritis.
Maka kita menyaksikan mahasiswa yang terasing dari masyarakatnya, berusaha lulus cepat namun hanya untuk mengisi barisan pencari kerja, tidak peduli dengan masalah-masalah sosial kemasyarakatan, individualistis bahkan hedonistis! Mahasiswa seperti inilah yang disebut oleh Hariman Siregar dengan "Mahasiswa Mental Kerupuk"!
Mereka mungkin tercerahkan secara akademis atau intelektual tapi mereka belum tercerahkan secara moral dan secara politik. Tidak, saya tidak mengatakan mereka tak bermoral ataupun tak berpolitik. Namun moralitas tersebut pasif, tidak memiliki elan vital yang melahirkan gerak, sebagaimana (mungkin), kalaupun mereka berpolitik, aktivitas politiknya didasari anggapan bahwa politik itu 100 persen kotor, jijik, dan tidak mungkin ada politik yang bersih.
Dari sinilah dibutuhkan sebuah rekayasa sosial yang konseptual dan sistematis untuk melakukan pencerahan moral dan politik terhadap mahasiswa sehingga mereka menyadari tanggung jawabnya yang bukan sekedar tanggung jawab akademis, namun juga tanggung jawab sosial, tanggung jawab moral, tanggung jawab politis serta tanggung jawab kesejarahan. Keseluruhan tanggung jawab tersebut inheren dalam diri mahasiswa seiring berubahnya status dan identitas menjadi mahasiswa. Ya, keseluruhan tanggung jawab tersebut merupakan konsekuensi identitas mahasiswa.
Lebih dari itu, pencerahan moral dan politik ini akan menghidupkan daya kritis dan idealisme mahasiswa dalam menyikapi pelbagai kejadian serta menumbuhkembangkan semangat perlawanan mahasiswa atas adanya penindasan, kesewenang-wenangan, kedzaliman, pelanggaran HAM dan otoritarianisme kekuasaan.
Dari rahim kesadaran, daya kritis, idealisme serta semangat perlawanan inilah terlahir gerakan moral mahasiswa. Gerakan ini eskalasinya akan semakin masif manakala pencerahan moral dan politik yang dilakukan betul-betul konseptual dan sistematis sehingga memiliki daya tular yang cepat dan dahsyat di kalangan mahasiswa.
Dalam tataran praktis, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk melakukan akselerasi pencerahan moral dan politik di kalangan mahasiswa. Metode-metode ini telah terbukti cukup ampuh membangun kesadaran dan daya kritis mahasiswa pada masa lalu dan dirasa efektif untuk sekarang. Diantaranya:
Maka kita menyaksikan mahasiswa yang terasing dari masyarakatnya, berusaha lulus cepat namun hanya untuk mengisi barisan pencari kerja, tidak peduli dengan masalah-masalah sosial kemasyarakatan, individualistis bahkan hedonistis! Mahasiswa seperti inilah yang disebut oleh Hariman Siregar dengan "Mahasiswa Mental Kerupuk"!
Mereka mungkin tercerahkan secara akademis atau intelektual tapi mereka belum tercerahkan secara moral dan secara politik. Tidak, saya tidak mengatakan mereka tak bermoral ataupun tak berpolitik. Namun moralitas tersebut pasif, tidak memiliki elan vital yang melahirkan gerak, sebagaimana (mungkin), kalaupun mereka berpolitik, aktivitas politiknya didasari anggapan bahwa politik itu 100 persen kotor, jijik, dan tidak mungkin ada politik yang bersih.
Dari sinilah dibutuhkan sebuah rekayasa sosial yang konseptual dan sistematis untuk melakukan pencerahan moral dan politik terhadap mahasiswa sehingga mereka menyadari tanggung jawabnya yang bukan sekedar tanggung jawab akademis, namun juga tanggung jawab sosial, tanggung jawab moral, tanggung jawab politis serta tanggung jawab kesejarahan. Keseluruhan tanggung jawab tersebut inheren dalam diri mahasiswa seiring berubahnya status dan identitas menjadi mahasiswa. Ya, keseluruhan tanggung jawab tersebut merupakan konsekuensi identitas mahasiswa.
Lebih dari itu, pencerahan moral dan politik ini akan menghidupkan daya kritis dan idealisme mahasiswa dalam menyikapi pelbagai kejadian serta menumbuhkembangkan semangat perlawanan mahasiswa atas adanya penindasan, kesewenang-wenangan, kedzaliman, pelanggaran HAM dan otoritarianisme kekuasaan.
Dari rahim kesadaran, daya kritis, idealisme serta semangat perlawanan inilah terlahir gerakan moral mahasiswa. Gerakan ini eskalasinya akan semakin masif manakala pencerahan moral dan politik yang dilakukan betul-betul konseptual dan sistematis sehingga memiliki daya tular yang cepat dan dahsyat di kalangan mahasiswa.
Dalam tataran praktis, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk melakukan akselerasi pencerahan moral dan politik di kalangan mahasiswa. Metode-metode ini telah terbukti cukup ampuh membangun kesadaran dan daya kritis mahasiswa pada masa lalu dan dirasa efektif untuk sekarang. Diantaranya:
- Menghidupkan kembali mimbar bebas di setiap kampus, baik tingkat universitas, fakultas maupun jurusan.
- Menggalakkan forum-forum diskusi tentang berbagai permasalahan dan isu-isu yang berkembang di masyarakat. Forum diskusi ini bisa melakukan kajian berdasarkan pandangan disiplin ilmu tertentu, ataupun interdisipliner yang pesertanya berasal dari fakultas, jurusan maupun universitas berbeda
- Mengintensifkan seminar-seminar tentang gerakan moral mahasiswa
- Menghidupkan pers mahasiswa sebagai sarana komunikasi, aktualisasi dan artikulasi gagasan-gagasan brilian serta ide-ide cerdas mahasiswa untuk mencari solusi atas berbagai permasalahan
- Optimalisasi kegiatan-kegiatan pengkaderan di organisasi-organisasi kemahasiswaan yang diarahkan untuk mencetak kader-kader mahasiswa dan calon pemimpin bangsa yang cerdas, terampil, moralis, religius, kredibel, peduli terhadap permasalahan yang terjadi di sekitar serta memiliki integritas diri yang diakui.
- Memperbanyak penelitian-penelitian ilmiah yang berkaitan dengan problem-problem nyata di masyarakat
- Membangun organisasi-organisasi kemahasiswaan yang layak disebut student government, yang mandiri dalam menentukan sikap tanpa tekanan birokrat atau pihak manapun.
Dengan demikian, akan terbentuk generasi baru mahasiswa Indonesia yang tercerahkan, siap menghadapi masa depan dengan penuh optimisme.
Yudha Rizky Pratama
Hubungan Internasional 2013
Yudha Rizky Pratama
Hubungan Internasional 2013
Kakanda Yudha, kebetulan saya sedang menutu selatan untuk mencari kitab suci lalu menemukan tulisan kakanda, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan kepada kakanda, berikut pertanyaan saya :
BalasHapus1. Dimana peran moral dalam politik? jika yang dimaksudkan politik oleh anda adalah politik sebagai pertarungan kekuasaan dan bukan politik sebagai tujuan emansipasi kemanusiaan.
2. Apa yang anda maksud dengan berpolitik yang aktif?.