Banyak Pertimbangan, Proyek Absen Finger Print Bisa Batal
Lengkong
Besar, BPPM -- Dekan FISIP Unpas, Budiana, mengatakan
bahwa perubahan sistem absensi mahasiswa ke finger
print masih dipertimbangkan. Sebelumnya, ia sempat menjanjikan perubahan
tersebut pada saat rapat koordinasi dengan LKm di villa Pangiuhan, Lembang, Januari
lalu.
Hal yang
dipertimbangkan oleh pihak Fakultas adalah pengaturan finger print yang belum bisa mengatur absensi sesuai jadwal kuliah
mahasiswa. “Sampai
saat ini belum ada finger print yang
bisa disesuaikan dengan jam kuliah,” katanya saat wawancara, Kamis (12/2).
Selain itu, lanjut
Budiana, merealisasikan absen finger
print kepada mahasiswa tidak semudah kepada dosen. “Kita sekarang lihat dulu secara teknis finger
print untuk
dosen. Kalau untuk dosen mudah karena jumlah dosen sedikit.
Tapi jumlah
mahasiswa di FISIP
ini
kan
banyak
sekali,
ada ribuan,” katanya.
Rencana pengadaan finger print untuk mahasiswa tadinya
ditujukan agar mahasiswa FISIP tidak bisa lagi ‘titip absen’ dan ini sebagai bentuk peningkatan
fasilitas kampus. Namun, belajar dari Fakultas Teknik Unpas yang sudah lebih
dulu menerapkan absensi finger print,
kecurangan terhadap absen masih bisa dilakukan mahasiswa.
Lanjut Budiana, upaya
yang sedang dilakukan oleh pihaknya adalah mencari jalan keluar soal masalah
tersebut. “Sedang
mencari
jalan
keluarnya.
Jika
tidak
ada,
maka
rencana
merealisasikan finger print ini
akan
kita
batalkan
dan
kembali
lagi
ke
sistem absen manual,” ujarnya.
Budiana mengatakan, sistem
absensi finger print untuk dosen dan
karyawan saat ini sedang dalam masa percobaan. Sistem absensi tersebut baru akan
diberlakukan secara resmi pada 1 Maret 2015.
Di lain tempat, dosen
prodi Ilmu Komunikasi, Taufik Hidayatullah, mengatakan pengadaan finger print merupakan hal yang positif.
“Kehadiran
bisa
terdeteksi
dengan
baik.
Ada jamnya,” katanya. Namun, ia menambahkan finger
print adalah teknologi yang fungsinya sebagai alat yang tetap memerlukan
pemantauan dengan cara lain. “Karena
bisa
saja
ada
dosen yang hanya
datang dan absen pakai finger
print kemudian pulang lagi . Jika kita hanya mengandalkan satu alat saja itu tidak akan efektif,” pungkasnya.
Ketika ditanya soal
penerapan absen finger print pada
mahasiswa, ia mengatakan bahwa sebaiknya finger
print ada di setiap kelas. “Di simpan dalam kelas, jadi mahasiswa absen
setelah berada didalam. Absensi
yang manual juga
harus
tetap
dilakukan sebagai
cross-check
kebenaran data kehadiran,”
tuturnya. (Billy, Ruli)
Beri Komentar