Opini, Lelaki Pemalu -- Kematian adalah sebuah pesan untuk
kita yang masih hidup. Bertarung dengan penyakit kanker sejak 2004, Steve Jobs,
inovator Apple itu akhirnya wafat 5 oktober 2011. Inilah refleknya tentang
kematian: “Tidak ada yang mau mati. Bahkan orang yang ingin pergi ke surga
tidak mau mati untuk mencapainya. Akan tetapi, kematian adalah tujuan kita semua.
Tidak seorang pun berhasil lari darinya, dan begitulah seterusnya, karena
kematian mungkin sekali adalah ciptaan kehidupan yang terbaik. Ia merupakan
agen pengubah kehidupan. Ia menyingkirkan yang tua untuk membuka tempat bagi yang
baru.
(Muhammad Damm, 2011).
Kematian
bukan berarti hanya kematian tubuh saja
namun yang paling menyakitkan adalah ketika tubuhnya mati seiring dengan mati
eksistensinya. Kematian di lingkungan masyarakat dianggap layak jika seorang
manusia tersebut tidak mempunyai peran yang jelas di lingkungannya dibandingkan
kematian seseorang yang berpengaruh di lingkungannya. Sebuah eksistensi dari
seorang manusia lebih diperhitungkan dibandingkan oleh dirinya padahal ini
adalah suatu kesatuan yang bergerak linier. Sehingga masyarakat sekarang
menganggap eksistensi dengan ketiadaan adalah sebuah hal yang tepat. Karena
objek yang memiliki eksistensi tersebut tidak bisa mengubah cerita yang akan
terbangun.
Hidup
di zaman yang seperti sekarang ini di mana semua manusia diciptakan sebagai
makhluk berkebutuhan tingkat tinggi. Sehingga mau tidak mau kita harus
membangun sosial kita seluas mungkin untuk memenuhi sebuah kebutuhan hidup
kita. Kebutuhan tingkat tinggi ini menciptakan sebuah masyarakat yang modern, di
mana dalam masyarakat modern sesuatu hal yang dianggap tidak dibutuhkan maka
harus dihilangkan dalam lingkungan karena tidak mempunyai sesuatu yang
berpengaruh. Hal ini akan menciptakan sebuah pola pikir manusia yang menganggap
dirinya sebagai pusat realitas hidupnya. Sehingga ini akan membenturkan sebuah
hubungan sosial antar individu yang ada di lingkungannya. Maka dari kita
membutuhkan sesuatu yang tak ternilai hal ini dubutuhkan sebagai batasan pola
pikir manusia agar tidak terlalu bergerak bebas sehingga akan menciptakan
sebuah keharmonisasian di lingkungan sosial dalam hal ini adalah (Tuhan).
Kita
tidak dapat memunafikan yang namanya sebuah kepentingan. Kita sudah terikat
oleh satu sama lain antar individu didunia untuk saling memiliki kepentingan.
Kepentingan sendiri jika saya kaitkan oleh pemikiran Aristoteles yaitu sebuah
upaya untuk kebaikan bersama, sehingga menurut saya kepentingan menjadi bebas
nilai, namun di balik kebebasan nilainya tersebut, kepentingan punya makna semiotik
yang dilebihkan. Kepentingan bisa di kaitkan dengan politik, padahal tidak
semua kepentingan adalah politik, namun politik semuanya adalah memang kepentingan.
Namun kepentingan seperti apa, itulah dia kepentingan seperti yang saya sebutkan
di atas.
Sehingga pada akhirnya
tidak ada manusia yang tidak mempunyai kepentingan. Karena untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya manusia harus membangun kepentingan kepada manusia lainnya.
Sehingga bisakah kita hidup tanpa sebuah kepentingan? (Lelaki Pemalu)
Beri Komentar