Header Ads

Pemira Membangun Demokrasi Kampus?

Russel Enander, Ketua KPUM FISIP Unpas (Dok. Daniel)
Pemilihan Raya (Pemira) akan berlangsung pertengahan Mei mendatang. Namun tak banyak mahasiswa yang paham dan mengerti akan fungsi Pemira tersebut. Beberapa mahasiswa pun lebih banyak yang berpendapat mengapa tidak memakai sistem musyawarah saja. Agar Pemira dapat berjalan efektif dan benar-benar terasa bagi mahasiswa, peran KPUM sangat diandalkan untuk mengajak seluruh mahasiswa FISIP Unpas untuk berdemokrasi.

Pemira FISIP Unpas dimulai sejak tahun 2005, dimana sebelumnya kampus ini menggunakan sistem musyawarah untuk menentukan wakil maupun pemimpin mahasiswa. Sama seperti sistem riil di Indonesia, Pemira menggunakan partai-partai sebagai kendaraan berdemokrasi. Maka, kampus FISIP ini bisa disebut sebagai miniatur Indonesia.

Daniel Russel Enander selaku ketua KPUM, mengatakan sistem pemira bertujuan untuk membangun arti dari pada demokrasi kampus, dan Pemira ini mengikat semua. “Yang terpenting KPUM tekankan ini adalah sebagai penyadaran,” katanya. Pemira juga berarti mendukung azas kesetaraan, mahasiswa memiliki hak untuk meggunakan alat demokrasi mereka untuk menentukan wakilnya sendiri. KPUM bertugas untuk menyadarkan massa atau mahasiswa akan arti penting dari demokrasi.

Daniel mengungkapkan bahwa demokrasi itu tidak hanya berbicara tentang coblos mencoblos. “Tapi berbicara tentang bagaimana kita gunakan hak pilih kita untuk merubah sesuatu yang seharusnya sudah kita rubah dan telah kita tinggalkan dari jauh-jauh hari,” jelasnya.

Daniel pun menjelaskan bahwa politik digunakan sebagai alat untuk mengubah kearah yang lebih positif. “Yang harus dipersiapkan ada pada lembaga kampus maupun partai-partai dan juga peran dari dosen-dosen untuk lebih mengajarkan pendidikan politik kepada mahasiswanya,” ujarnya. Ia menambahkan kekurangan dari sistem demokrasi kampus FISIP ialah ketika mereka hanya mencoblos tapi tidak tahu siapa yang mereka coblos.

Menyikapi mahasiswa yang sudah apatis terhadap Pemira, Daniel menyarankan bahwa sebagai mahasiswa tetap harus memegang azas optimisme dan menggunakan hak demokrasinya. “Yang jadi masalah, kita jangan hanya mengeluhkan suatu sistem, tapi bagaimana caranya membuat suatu  sistem itu bergerak kembali,” ungkapnya.

Saat ditanya apakah Pemira merupakan satu-satunya jalan untuk menuangkan aspirasi mahasiswa, Daniel menjawab, apabila disebut jalan satu-satunya memang tidak, tapi Pemira adalah salah satu jalan awal yang legal dan paling kuat. “Sebenernya pemira itu strutur legalnya, menunjukan kekuatan daripada power politic, yang ditakutkan mahasiswa memiliki paradigma, pemira ini adalah solusi dari jawaban. Karena solusi dari permasalahan ialah penyadaran, “ tuturnya (26/04). (Resha)





Tidak ada komentar